Salah satu aspek tradisional yang dipertahankan Suku Abui Desa Takpala adalah pada penggunaan genteng rumah yang masih berupa alang-alang.
"Bahkan, jika atap rusak, kami tetap mempertahankan tradisi sejak dulu, kami akan cari alang-alang untuk memperbaiki, bukan menggantinya dengan seng," ujar Sipri.
Baca juga: Tradisi Penti, Cara Orang Manggarai Raya NTT Syukuri Hasil Panen
Jika sebagian besar warga Alor menggantungkan hidupnya dari hasil laut, Suku Abui justru mencari nafkah dari hasil berkebun, seperti jagung dan ubi.
Di belakang perkampungan tampak lahan yang sudah ditanami. Meski begitu, setelah masa panen selesai, warganya akan berpindah mencari lahan baru untuk ditanami lagi.
Baca juga: Saat Para Wisatawan Asing Belajar Menenun di Nagekeo NTT
Sedangkan para orang tua yang sudah tidak bisa berkebun akan membuat kerajinan sebagai suvenir untuk dijual kepada wisatawan di lokasi tersebut.
Konon, zaman dulu Suku Abui sangat mahir dalam berperang, sehingga mendapat julukan "pemburu kepala manusia".
Hal ini bisa dilihat dari perlengkapan baju perang yang digunakan saat menyambut tamu dengan tarian khas nya. Ada parang dan anak panah, yang digunakan penari laki-laki.
Baca juga: Air Terjun Cunca Antar, Wisata Alam Tersembunyi di Manggarai Timur NTT
Namun, tidak perlu takut karena saat ini masyarakat Suku Abui justru hidup dengan berkebun dan sangat terbuka bagi siapa pun yang ingin berkunjung.
"Kampung ini terbuka untuk umum, siapa saja boleh masuk, untuk kontribusi saat mengisi buku tamu sukarela, tidak ada harga yang ditentukan," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram