KOMPAS.com - Kehadiran Mawar, dugong jantan penghuni Teluk Kabola di kawasan SAP (Suaka Alam Perairan) Selat Pantar, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi daya tarik alam bawah laut yang kian memesona.
Mawar bisa dikunjungi oleh wisatawan menggunakan perahu nelayan yang terparkir di tepi pantai.
Baca juga:
Sebelum itu, agaknya penting untuk mengetahui sejumlah panduan berikut ini supaya perjalanan lancar melihat Mawar di habitatnya berjalan lancar.
Berikut ini adalah panduan wisata melihat dugung di Teluk Kabola di kawasan SAP Selat Pantar, Alor, NTT:
Untuk mencapai kawasan Pantai Mali, wisatawan bisa menyewa mobil dengan harga mulai dari Rp 500.000 per hari atau bernegosiasi harga dengan pengendara ojek di bandara. Jaraknya hanya sekitar 1,5 kilometer saja dari Bandara Mali, Alor, NTT.
Sesampainya di Pantai Mali, wisatawan bisa bertanya langsung dengan nelayan lokal, agar diantarkan ke lokasi dugong berada.
Wisatawan yang ingin bertemu dengan mawar bisa membayar biaya kontribusi, sesuai dengan peraturan yang disepakati pihak pengelola dengan pemda setempat.
Baca juga: Ketahui 5 Hal Tentang Mawar, Dugong Langka di Selat Pantar Alor
Masyarakat lokal Alor dikenakan tarif Rp 100.000 per orang. Sementara masyarakat dari luar Alor Rp 150.000 per orang dan wisatawan asing sebesar Rp 200.000 per orang.
Satu kapal bisa diisi lima sampai tujuh orang tamu, dengan dua orang nelayan yang akan memanggil Mawar sesampainya di tengah laut nanti.
Ada sejumlah larangan yang harus dipatuhi wisatawan saat melihat Mawar, sebagai berikut:
Meski dulu wisatawan diperbolehkan menyentuh Mawar, saat ini aturan tersebut sudah dicabut.
"Jangan menyentuh Dugong, tidak boleh. Nanti dugong bisa menarik badan kita ke laut," kata perintis konservasi sekaligus mitra WWF Indonesia di Alor, One Simuslaa kepada Kompas.com, Sabtu (27/8/2022).
Wisatawan boleh mengambil gambar Mawar, tetapi tidak diperkenankan menggunakan flash kamera atau cahaya sejenisnya, sebab ini akan mengganggu ketenangan dugong.
One mengatakan bahwa Mawar adalah sosok Dugong yang sedikit sensitif dan mudah tersinggung.
"Kita mungkin bilang dia lucu karena dia muncul dan mendekat, tapi dia itu akan tersinggung dan tidak mau lagi mendekat ke arah kapal, jadi mudah tersinggung," terangnya.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Kehidupan Suku Abui di Desa Adat Takpala Alor, NTT