Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Raden Saleh, Pelukis Asal Indonesia yang Pernah ke 5 Negara

Kompas.com - 30/08/2022, 20:08 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Film Mencuri Raden Saleh sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat, khususnya dari dunia perfilman Indonesia.

Film garapan rumah produksi Visinema Pictures yang telah tayang sejak Kamis (25/8/2022) tersebut hingga kini sudah disaksikan setengah juta penonton.

Baca juga: Masjid Jami Al-Makmur di Jakarta Pusat yang Melegenda Sejak Jaman Raden Saleh

Ceritanya berkisah tentang pencurian yang dilakukan sekelompok anak muda terhadap sebuah lukisan bernama "Penangkapan Pangeran Diponegoro" karya salah satu pelukis tersohor Indonesia, Raden Saleh.

Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, film ini juga diperankan oleh deretan aktor dan aktris peran Tanah Air, antara lain Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Umay Shahab, Ari Irham, Aghniny Haque, dan Rachel Amanda.

Lantas, siapa itu Raden Saleh? Berikut Kompas.com rangkum informasi soal pelukis ini.

1. Terlahir di keluarga ningrat

Raden Saleh memiliki nama asli Raden Saleh Syarif Bustaman. Laki-laki ini lahir pada Mei 1811 di Semarang, Jawa Tengah, dalam lingkup bangsawan Arab-Jawa ningrat.

Ia mendapat darah Arab dari ayahnya yang bernama Sayyid Husen bin Alwi bin Awal bin Yahya, sedangkan darah Jawa ia peroleh dari sang ibu, Mas Ajeng Zarip Husen.

Baca juga: Rumah Raden Saleh Dikonservasi

Dikutip dari buku Raden Saleh: Kehidupan dan Karyanya (2018) oleh Werner Kraus, buyut Raden Saleh yaitu Sayyid Abdullah Muhammad Bustam alias Ki Bustam adalah seorang bawahan Bupati Terboyo pada Kerajaan Belanda saat itu.

Keluarga Bustaman juga berperan besar dalam bidang agama, dengan beberapa anggota keluarga menjabat sebagai penghulu atau pejabat Islam tertinggi suatu wilayah.

2. Belajar melukis hingga ke Eropa

Potret Gubernur Jendral Hindia Belanda Johannes Graaf van den Bosch (1780-1844) dilukis oleh Raden Saleh pada 1811 ?1880.Rijksmuseum Potret Gubernur Jendral Hindia Belanda Johannes Graaf van den Bosch (1780-1844) dilukis oleh Raden Saleh pada 1811 ?1880.

Sejak usia belia, Raden Saleh belajar banyak hal dari orang-orang yang ahli di bidangnya. Ia belajar menggores sketsa di bawah bimbingan Antonie A.J Paijen dan J. Th. Bik, dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Raden Saleh dibantu oleh pelukis keturunan Belgia, yaitu A.A.J. Payen, yang terkesan akan bakat Raden Saleh. Oleh sebab itu, ia mengusulkan agar Raden Saleh dapat belajar ke Eropa.

Usulan Payen didikung oleh Gurbernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen yang saat itu memerintah Hindia Belanda. Ia juga bersedia membiayai Raden Saleh untuk bersekolah ke Eropa, dikutip dari Kompas.com, Senin (22/8/2022).

Tahun 1829, Raden Saleh muda pergi ke Belanda menggunakan kapal Pieter en Karel. Sesampainya di negara tersebut, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan melukis panorama dari Andreas Schelfout.

Baca juga: Mengenal Raden Saleh, Sang Pelukis Legendaris Indonesia

Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh wikipedia.com/Istana Negara Jakarta Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh

Setelah dari Belanda, Raden Saleh berinisiatif untuk belajar ilmu lain di luar melukis. Ketika pemerintahan Raja Willem II, Raden Saleh mendapat dukungan untuk meneruskan studinya dan dikirim ke Dresden, Jerman.

Selama berada di Jerman, status Raden Saleh adalah tamu kehormatan Kerajaan Jerman sehingga ia bisa tinggal hingga lima tahun.

Pada 1844, Raden Saleh kembali ke Belanda dan menjadi pelukis Kerajaan Belanda. Lalu, pada tahun 1844 - 1851, Raden Saleh tinggal serta berkarya di Perancis dengan aliran romantisisme.

Baca juga: Makna Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh

3. Kembali ke Hindia Belanda

Tahun 1852, Raden Saleh mengakhiri petualangannya di Eropa dan kembali ke Hindia Belanda.

Di Hindia Belanda, ia bekerja sebagai konservator untuk koleksi seni pemerintah kolonial, sambil mengerjakan sejumlah potret untuk keluarga Kerajaan Jawa dan melukis pemandangan.

Dilaporkan oleh Kompas.com, Senin, meski lama tinggal dan belajar pendidikan Barat, hal ini tidak membuat Raden Saleh menutup mata atas apa yang terjadi di negaranya. 

Ia sering mengkritik politik represif pemerintah Hindia Belanda, dan tetap menjunjung tinggi idealisme kebebasan serta kemerdekaan.

Salah satu pemikiran beliau dalam mengkritik pemerintah Belanda digambarkan dalam lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro".

Baca juga: Lukisan Raden Saleh Selesai Direstorasi

Saat kembali, Raden Saleh membangun tempat tinggal di Cikini, Jakarta Pusat, baru kemudian menikah dan pindah ke Bogor, Jawa Barat, dikutip dari Kompas.com, Kamis (18/8/2022).

Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis ningrat keturunan Keraton Yogyakarta bernama Raden Ayu Danudirja, setelah mengakhiri pernikahannya dengan istri pertama yang berkebangsaan Belanda.

4. Aliran lukisan romantisisme

Lukisan karya Raden Saleh, Perburuan Bantengistimewa Lukisan karya Raden Saleh, Perburuan Banteng

Raden Saleh dikenal dengan gaya romantisisme dan dijuluki sebagai pionir pelukis modern di Indonesia.

Hasil lukisan Raden Saleh banyak menampilkan cerita yang emosional, dinamis, menyentuh perasaan, dan mengandung sindiran.

Dari hasil karyanya, terlihat banyak yang menunjukkan sifat-sifat, seperti kekejaman, dramatis, realistis, dan mencekam dengan menyindir sifat manusia yang selalu mengusik makhluk lain.

Baca juga: Hari Purbakala: Melihat Lukisan Goa Tertua di Dunia yang Ternyata Ada di Indonesia

Seperti salah satunya di lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro" yang menyiratkan banyak hal dari ekspresi tokoh-tokoh dalam lukisan tersebut.

Selain itu, beberapa lukisan karya Raden Saleh yang populer, antara lain "Enam Pengembara Kuda Mengejar Rusa", "Perburuan Rusa", "Sebuah Banjir di Jawa", dan "Pemandangan Jawa dengan Harimau yang Mendengarkan Suara Pengembara".

5. Raih berbagai penghargaan 

Potret Raden Saleh dan istrinya (1837) yang dipajang di area museum ARMA, Ubud, Bali.KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Potret Raden Saleh dan istrinya (1837) yang dipajang di area museum ARMA, Ubud, Bali.

Rekam jejak Raden Saleh membuatnya memperoleh beragam penghargaan, tidak hanya sebagai pelukis, tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada sejumlah penghargaan yang tercatat pernah diterima oleh Raden Saleh. 

Di antaranya, pribumi pertama yang menjadi Anggota Kehormatan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Masyarakat Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan) pada 1866, dan anggota Kehormatan Asosiasi Planten en Dierentuin te Batavia (Kebun Botani dan Satwa di Batavia) pada 1866.

Lalu, menjadi satu-satunya orang Jawa yang memperoleh gelar "Ridder van de Witte Valk" dari Saxe-Weimar, gelar "Ridder der Kroonorde van Pruisen" dari Prussia, dan gelar "Ridder der Orde van de Eikenkoon" dari Luksemburg.

Baca juga: 7 Wisata Sejarah Kemerdekaan RI, Pas Dikunjungi Saat 17 Agustus 

Ia juga mendapat gelar "Commandeur met de Ster der Franz Joseph Orde" dari Austria, serta Anugerah Seni sebagai "Perintis Seni Lukis di Indonesia", Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Anumerta) pada 1969.

Sejumlah penulis dan peneliti menyebutnya sebagai "manusia modern" Jawa pertama yang memiliki pola pikir ala Barat. Raden Saleh sendiri menghabiskan 25 tahun masa hidupnya di Eropa (Belanda, Jerman, Perancis, Italia, Inggris) di kalangan elite aristrokat dan intelektual.

6. Raden Saleh wafat

Makam Raden Saleh di Bogor, Jawa Barat. Dok. Kemdikbud Makam Raden Saleh di Bogor, Jawa Barat.

Pada Jumat, 23 April 1880 pagi, Raden Saleh jatuh sakit, disebabkan aliran darahnya terhambat karena penyumbatan di dekat jantung.

"Sang Pelukis Raja" ini kemudian wafat pada Minggu 25 April 1880 di Bogor. Ia dimakamkan di lahan yang sebenarnya semula diperuntukkan bagi makam istrinya yang saat itu sedang sakit, dikutip dari laman Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1882, istrinya meninggal dunia dan dimakamkan berdampingan dengan makam Raden Saleh.

Bangunan makam beserta bangunan lainnya didirikan pada 1955 atas prakarsa Presiden Soekarno. Arsitek yang merencanakan bangunan makam adalah Ir. F. Silaban, sedangkan ukiran pada makam dibuat oleh Rd. Galuh.

Baca juga: Arya Trimni Putra Pecahkan Rekor Melukis 1.000 Lukisan dalam 30 Hari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com