BORONG, KOMPAS.com - Di wilayah Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat ritual Pande Sungke untuk membebaskan diri dari gangguan roh halus di kebun, mata air, dan pohon-pohon besar.
"Warga masyarakat Manggarai di kampung-kampung sangat percaya dengan ritual pande sungke untuk menangkal gangguan-gangguan roh halus," kata Budayawan Manggarai Timur, Leonardus Santosa, kepada Kompas.com, Senin (12/9/2022).
Baca juga: Watu Pengang, Batu Raksasa Pemantul Suara di Manggarai Barat NTT
Ritual ini terdiri dari dua kata. Pande artinya melaksanakan atau berbuat, sedangkan sungke artinya ritual warisan nenek moyang untuk mencegah musibah dalam hidup.
Menurut Leonardus, Sungke merupakan ritual berupa lisan (curup) atau aksi (perbuatan) yang didasari oleh adanya mimpi, kejadian nyata, atau prediksi akan sesuatu terhadap seseorang, hewan, atau benda.
Dalam pandangan masyarakat Manggarai, bila hal tersebut baik maka diterima (sungke kapu atau naka), dan kalau buruk maka ditolak (sungke podo atau pando).
Baca juga: Itinerary Sehari di Alor NTT, Melihat Dugong dan Makan di Tepi Pantai
"Ini sebuah warisan nenek moyang orang Manggarai yang terus dilaksanakan. Pelaksanaanya bisa dilakukan secara pribadi di rumah masing-masing maupung anggota suku dan masyarakat komunal," jelasnya.
Biasanya ritual ini dilakukan para tetua adat yang masih memiliki "pesing" atau "mata terang" dalam budaya Manggarai. Pesing adalah seseorang yang memiliki penglihatan tertentu dan bisa menganalisa mimpi.
Baca juga: Tradisi Penti, Cara Orang Manggarai Raya NTT Syukuri Hasil Panen
Sesajen yang dipakai oleh masyarakat umumnya terdiri dari telur ayam kampung dan ayam jantan.
Salah seorang warga Manggarai Timur, Ambrosius Adir, mengatakan bahwa Sungke adalah penangkal santet atau cara agar sesuatu yang tidak baik tidak terjadi pada seseorang.
"Biasanya, dalam kehidupan keluarga, dan kehidupan masyarakat komunal, orang Manggarai Timur melaksanakan ritual Pande Sungke," katanya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.