Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Keunggulan Bambu Ngada, Tema Utama Festival Wolobobo 2022

Kompas.com - 19/09/2022, 06:06 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

BAJAWA, KOMPAS.com - Bambu jadi salah satu dari tiga tema utama pada pegelaran Wolobobo Ngada Festival (WNF) 2022 di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Masyarakat Ngada menyebut bambu dengan nama bheto atau betung. Relasi antara bambu dengan orang Ngada sangat erat dan diyakini telah terjalin sejak berabad-abad lampau.

Ini dapat dilihat dari kampung-kampung tradisional Ngada yang hampir selalu diitari rumpun bambu. Demikian pula arsitektur dan perabot rumah tradisional yang didominasi bambu.

Baca juga: Wolobobo Culture Camp Jadi Upaya Promosi Wisata Alam di Ngada NTT

Bambu Ngada sangat istimewa karena ukurannya yang besar. Panjang batangnya sampai 27 meter dengan diameter pangkal mencapai 16 centimeter.

Jenis bambu ini termasuk dalam famili Dendrocalamanus asper dan bisa tumbuh antara 60 hingga 90 rumpun per hektar dengan 36 batang pada tiap rumpun sehat.

Secara kuantitas, potensi bheto Ngada menjanjikan, sebab dalam kurun waktu setahun mampu menghasilkan sekitar 1.250.000 batang.

Selama ratusan tahun masyarakat Ngada memandang bambu sebagai barang sosial, bukan barang ekonomi.

Bambu Ngada jadi primadona

Namun, seiring meroketnya semangat ramah lingkungan yang juga menaikkan nilai bambu dalam bidang arsitektur maupun furnitur, dunia luar mulai mengincar bambu Ngada sebagai komoditas primadona.

Bahkan, lebih dari 1 ton bheto diangkut ke luar pulau, sepeti Bali dan Jawa untuk dijadikan bahan bangunan, vila, maupun kafe.

Bupati Ngada, Andreas Paru mengatakan, bambu merupakan salah satu potensi unggulan yang dimiliki Kabupaten Ngada. Oleh sebab itu harus dikelola secara baik.

Foto: Bupati Ngada, Andreas Paru mengunjungi Kampus Desa Serafinus Sandi Hayon Jehadu/Kompas.com. Foto: Bupati Ngada, Andreas Paru mengunjungi Kampus Desa

Terlebih, saat ini, bambu tak lagi sekadar digunakan untuk kebutuhan dalam lingkup kecil (rumah tangga), tetapi bisa dijadikan sesuatu bernilai ekonomi.

"Ngada ini sangat luar biasa. Ada banyak jenis bambu di sini. Leluhur sudah menanam sejak zaman dahulu. Sekarang tinggal kita mengolahnya dengan baik untuk peningkatan ekonomi," ujar Andreas di Kampus Desa Bambu Turetogo, Kecamatan Golewa, Minggu (18/9/2022).

Andreas ingat betul ketika dirinya mengenakan pakaian adat kepada Presiden Joko Widodo pada bulan Juni lalu. Kepada Jokowi, ia menjelaskan bahwa benang yang digunakan untuk membuat sarung adat itu berasal dari serat-serat bambu.

Baca juga: Wolobobo Ngada Festival, Tawarkan Sport Tourism Berbasis Alam dan Budaya

Karena itu, ia berkeyakinan bahwa pemerintah pusat akan mendukung dan menjadikan bambu Ngada sebagai penyuplai anakan bambu di seluruh daerah di Indonesia.

Andreas berharap, adanya kolaborasi dengan sejumlah pihak untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara membudidaya dan mengolah bambu yang baik.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com