Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Obyek Wisata Favorit Turis Asing di Gorontalo, Bisa Lihat Hiu Paus

Kompas.com - 23/09/2022, 06:33 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

2. Hungayono

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) menjadi kawasan yang sering dikunjungi wisman, selain obyek wisata hiu paus.

Di kawasan konservasi ini, para pengunjung dapat mengikuti jungle trekking dari batas Desa Tulabolo ke Hungayono, sebuah lokasi seluas 8,6 hektar yang menjadi nesting ground (tempat peneluran) burung maleo senkawor (Macrocephalon maleo).

Jika sudah sampai di Desa Tulabolo, wisatawan akan disuguhi suasana kampung yang rapi dengan rumah warga terletak di sisi kanan kiri jalan beton kecil.

Desa ini menjadi pintu masuk taman nasional. Beberapa rumah warga selama ini sudah dijadikan penginapan wisatawan yang datang, dan Pokdarwis sudah lama terbentuk dengan fasilitasi Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Baca juga: Mohibadaa, Cara Perempuan Gorontalo Jaga Kecantikan Selama Ramadhan

Pagi adalah waktu yang tepat untuk menysuri desa ini, dengan ditemani kicau burung dari belakang rumah warga.

Ini adalah alternatif wisata pengamatan burung, antara lain kadalan Sulawesi (Phaenicophaeus calyorhynchus), jalan tunggir merah (Scissirostrum dubium). Bahkan saat malam pun ada tiyombu, sebutan orang Suwawa untuk burung celepuk Sulawesi (Otus menadensis).

Saat menyusuri jalan setapak ke arah Hungayono, wisatawan bisa menikmati suara burung dan serangga serta melihat aneka flora dan fauna.

Anakan burung maleo (Macrocephalon maleo) di hatchery Hungayono menyapa dunia. Telur maleo membutuhkan waktu 60 hari untuk menetas di dalam timbunan tanah panas (geotermal) hingga kedalaman 80 cm, setelah menetas ia berjuang keluar dari dalam tanah.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Anakan burung maleo (Macrocephalon maleo) di hatchery Hungayono menyapa dunia. Telur maleo membutuhkan waktu 60 hari untuk menetas di dalam timbunan tanah panas (geotermal) hingga kedalaman 80 cm, setelah menetas ia berjuang keluar dari dalam tanah.

Jika beruntung, mereka bisa menjumpai kawanan monyet Gorontalo (Macaca nigrescens), apalagi jika musim langsat. Sering juga dijumpai tupai yang asyik bermain di cabang-cabang pohon, dan alo atau julang Sulawesi (Aceros cassidix) atau kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus).

“Banyak burung di kawasan TNBNW, maskotnya adalah burung maleo senkawor,” ujar staf Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (Biota), Hanom Bashari. 

Di laman Balai TNBNW disebutkan, sampai tahun 2020, sedikitnya telah tercatat 206 jenis burung, 36 jenis mamalia, 40 jenis reptilia, dan 13 jenis amfibia di kawasan konservasi ini. 

Salah satu daya tarik utama di Hungayono adalah burung maleo. Wisatawan biasanya diajak mencari telur burung tersebut di dalam tanah, kemudian memindahkannya ke hatchery (kandang penetasan).

Baca juga: Wisata Lombongo Gorontalo, Bisa Mandi di Kolam Air Panas

“Wisatawan bisa menjadi orang tua asuh maleo, telur yang ditemukan didokumentasikan dan dipindahkan oleh wisatawan, sekitar dua bulan kemudian telur ini akan menetas, wisatawan bisa datang kembali untuk melepas anakan maleo ini dan akan mendapat sertifikat,” ujar Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 1 Limboto Balai TNBNW, Bagus Tri Nugroho.

Jarak obyek wisata ini dari Kota Gorontalo sekitar 30 kilometer yang dapat ditempuh dengan motor atau mobil.

Biasanya mobil akan diparkir di sisi luar desa sebelum menyeberangi jembatan gantung yang hanya bisa dilewati motor. Dari jembatan ini ke batas taman nasional bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik ojek dengan tarif mulai Rp 10.000. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com