Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang Renung Rubiyataji menjelaskan bahwa pipa yang ditanam ke dalam tumpukan sampah itu dilubangi dari dari setiap sisinya.
Baca juga: 10 Wisata Alam di Malang, dari Air Terjun, Bukit, hingga Pantai
Fungsi lubang di pipa itu adalah untuk menyedot seluruh kandungan kimia yang ada dalam sampah.
"Proses penyedotan kandungan kimia itu menggunakan blower, lalu masuk ke tiga pipa warna itu," terangnya.
Renung mengatakan pipa tiga warna itu adalah reaktor pemurnian gas metana yang berfungsi untuk menyaring kandungan gas metana.
Sebab, dalam proses penyedotan itu, tidak hanya kandungan gas metana yang dihasilkan, tapi juga Hidrogen (H2), Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Okside (NOX), dan Sulfur Dioksida (SOX).
"Nah, beberapa kandungan itu kami saring menggunakan reaktor pemurnian gas Metana, sehingga yang keluar dan terdistribusi hanya gas metana lalu mengalir ke setiap rumah warga tersebut," jelasnya.
Inovasi itu sudah digagas pengelola Wisata Edukasi TPA Talangagung sejak tahun 2009, hasil dari ekperimen para pegawai pengelolanya.
"Jadi inovasi ini dibuat secara otodidak oleh pegawai kami tampa pendampingan dari siapa pun. Bahkan pada awal inovasi ini, di tengah keterbatasan anggaran, mereka menggunakan bambu sebagai pengganti pipa," terangnya.
Sedangkan terkait dengan tidak terdistribusinya gas metana pada saat hujan, Renung mengatakan hal itu dipicu karena kandungan air ketika musim hujan lebih banyak dibanding tekanan gas metana yang ada.
Baca juga: Lembah Kera Malang, Punya Tebing Ideal untuk Panjat Tebing
"Sehingga menyebabkan gas metana tidak terdistribusi dengan baik ke kompor-kompor warga," katanya.
Kini, renung mangatakan terhitung sudah ada sekitar 200 warga yang memanfaatkan bahan bakar gas metana itu kompor rumah tangga.
Selain itu, inovasi pemanfaatan gas metana dari sampah Wisata Edukasi TPA Talangagung itu juga telah direplikasi oleh beberapa TPA dari berbagai Kota dan Kabupaten di seluruh Indonesia.
"Kami secara terbuka mempersilakan siapa pun yang ingin belajar dan mereplikasi pengolahan gas metana ini. Kami siap mengedukasi dari awal sampai akhir," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.