Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Edukasi TPA Talangagung, Lihat Pengelohan Gas Metana Jadi Bahan Bakar Kompor

Kompas.com - 24/09/2022, 12:01 WIB
Imron Hakiki,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Sekilas, salah satu warga Dusun Talangagung Kasin, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang bernama Nur Azizah memasak nasi dan lauk menggunakan kompor pada umumnya.

Namun kepada Kompas.com, perempuan dua anak itu mengatakan bahwa kompornya tidak menggunakan gas elpiji, tetapi gas metana (CH4) sampah organik yang didapat dari sistem Sanitary Landfill Wisata Edukasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Talangagung.

Wisata Edukasi TPA Talangagung adalah tempat pemrosesan akhir sampah milik Pemerintah Kabupaten Malang melalui pengelolaan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, yang juga difungsikan sebagai kawasan edukasi sampah.

Baca juga: Dampak Kenaikan BBM, Harga Hotel dan Menu Restoran di Kota Malang Siap-siap Naik

Berdasarkan informasi yang dihimpun, sampah yang dibuang ke sana dari berbagai kawasan Kabupaten Malang mencapai 110 ton per hari.

Jarak antara rumah Nur Azizah dengan Wisata Edukasi TPA Talangagung memang tidak begitu jauh. Hanya berjarak sekitar 1 kilometer.

Nur menyebutkan, sudah sejak tahun 2019 lalu ia menggunakan kompor alternatif semacam itu. Pemanfaatan gas metana itu diberikan pengelola Wisata Edukasi TPA Talangagung.

"Gas metana ini diberikan secara cuma-cuma oleh pengelola Wisata Edukasi TPA Talangagung. Baik biaya instalasi pada tahun 2019 lalu maupun biaya iuran per bulan, semuanya gratis," ungkapnya saat ditemui di rumahnya, Jumat (23/9/2022).

Keunggulan kompor gas metana

Memasak menggunakan kompor dari gas metana itu, diklaim Nur lebih cepat matang dibanding menggunakan gas elpiji.

"Sebab, bara api yang dikeluarkan lebih besar dibanding menggunakan kompor gas elpiji," bebernya.

Selama pemanfaatan kompor alternatif itu sejak 4 tahun lalu, tidak ada kendala yang signifikan dan bersifat membahayakan. Hanya saja, apabila hujan lebat gas metana itu tidak bisa keluar, sehingga kompor tidak bisa berfungsi.

Baca juga: BBM Naik, Tarif Jip Wisata Bromo dari Malang Melonjak hingga Rp 100.000 Per Paket

"Sebagai antisipasi, kami sudah menyiapkan kompor yang menggunakan gas elpiji sekaligus tungku. Sebagai alternatif digunakan memasak saat hujan lebat," tuturnya.

Selain Nur Azizah, terdapat ratusan warga setempat yang juga menikmati kompor alternatif berbahan bakar gas metana itu.

Tampak pipa plastik membentang di sepanjang pinggir jalan dari pusat pengolahan gas metana TPA Talangagung ke perkampungan. Pipa itulah yang difungsikan untuk mengalirkan gas metana ke setiap kompor rumah tangga warga.

Pipa yang ditanam ke dalam sampah untuk mengambil gas metana dari sampah TPA Talangagung, Dusun Talangagung Kasin, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.KOMPAS.COM/Imron Hakiki Pipa yang ditanam ke dalam sampah untuk mengambil gas metana dari sampah TPA Talangagung, Dusun Talangagung Kasin, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Di pusat pengolahan gas metana Wisata Edukasi TPA Talangagung, terlihat terdapat tiga pipa plastik yang ditanamkan ke dalam gunungan sampah. Pipa itulah yang berfungsi mengambil gas metana dari dalam sampah.

Kemudian berjarak 100 meter atau tepat di depan kantor pengelola TPA, terdapat tiga pipa yang berdiri dengan masing-masing warna biru, kuning, dan hijau.

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang Renung Rubiyataji menjelaskan bahwa pipa yang ditanam ke dalam tumpukan sampah itu dilubangi dari dari setiap sisinya.

Baca juga: 10 Wisata Alam di Malang, dari Air Terjun, Bukit, hingga Pantai

Fungsi lubang di pipa itu adalah untuk menyedot seluruh kandungan kimia yang ada dalam sampah.

"Proses penyedotan kandungan kimia itu menggunakan blower, lalu masuk ke tiga pipa warna itu," terangnya.

Penyaringan gas metana

Renung mengatakan pipa tiga warna itu adalah reaktor pemurnian gas metana yang berfungsi untuk menyaring kandungan gas metana.

Sebab, dalam proses penyedotan itu, tidak hanya kandungan gas metana yang dihasilkan, tapi juga Hidrogen (H2), Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Okside (NOX), dan Sulfur Dioksida (SOX).

"Nah, beberapa kandungan itu kami saring menggunakan reaktor pemurnian gas Metana, sehingga yang keluar dan terdistribusi hanya gas metana lalu mengalir ke setiap rumah warga tersebut," jelasnya.

Salah satu warga Dusun Talangagung Kasin, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang memasak menggunakan kompor alternatif menggunakan gas metana TPA Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.KOMPAS.COM/Imron Hakiki Salah satu warga Dusun Talangagung Kasin, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang memasak menggunakan kompor alternatif menggunakan gas metana TPA Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Inovasi itu sudah digagas pengelola Wisata Edukasi TPA Talangagung sejak tahun 2009, hasil dari ekperimen para pegawai pengelolanya.

"Jadi inovasi ini dibuat secara otodidak oleh pegawai kami tampa pendampingan dari siapa pun. Bahkan pada awal inovasi ini, di tengah keterbatasan anggaran, mereka menggunakan bambu sebagai pengganti pipa," terangnya.

Sedangkan terkait dengan tidak terdistribusinya gas metana pada saat hujan, Renung mengatakan hal itu dipicu karena kandungan air ketika musim hujan lebih banyak dibanding tekanan gas metana yang ada.

Baca juga: Lembah Kera Malang, Punya Tebing Ideal untuk Panjat Tebing

"Sehingga menyebabkan gas metana tidak terdistribusi dengan baik ke kompor-kompor warga," katanya.

Kini, renung mangatakan terhitung sudah ada sekitar 200 warga yang memanfaatkan bahan bakar gas metana itu kompor rumah tangga.

Selain itu, inovasi pemanfaatan gas metana dari sampah Wisata Edukasi TPA Talangagung itu juga telah direplikasi oleh beberapa TPA dari berbagai Kota dan Kabupaten di seluruh Indonesia.

"Kami secara terbuka mempersilakan siapa pun yang ingin belajar dan mereplikasi pengolahan gas metana ini. Kami siap mengedukasi dari awal sampai akhir," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Travel Update
Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com