Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampong Glam, Sejarah yang Tersimpan dalam Balutan Seni Modern di Singapura

Kompas.com - 29/09/2022, 09:45 WIB
Aloysius Gonsaga AE,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Singapura tak hanya terkenal dengan sebutan kota bisnis. Negara berlambang singa ini pun memiliki warisan budaya yang terjaga hingga sekarang.

Tengok saja kawasan bernama Kampong Glam yang menyimpan banyak kisah tentang masa lalu di Singapura.

Di sini, aktivitas tampak ramai karena banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Baca juga: 5 Spot Instagramable di Kampong Glam Singapura

Bukan tanpa alasan Kampong Glam begitu menarik minat turis. Wilayah yang dulu merupakan tempat tinggal dan rumah singgah, kini berubah menjadi zona bisnis dan kuliner.

Lebih dari itu, suasananya menjadi lebih ceria lantaran warna-warni yang menghiasi tembok sepanjang jalan dan lorong Kampong Glam.

Mural di salah satu sudut Kampong Glam tepatnya di Haji Lane. Mural di Kampong Glam ini mendapat izin khusus dari pemerintah Singapura yang terkenal ketat soal seni ini.ALOYSIUS GONSAGA ANGI EBO/KOMPAS.com Mural di salah satu sudut Kampong Glam tepatnya di Haji Lane. Mural di Kampong Glam ini mendapat izin khusus dari pemerintah Singapura yang terkenal ketat soal seni ini.

Seni mural membuat rumah-rumah yang mempertahankan model zaman penjajahan tampak modern.

Ledakan warna pada siang hari dipadu latar belakang Masjid Sultan nan megah menambah semarak suasana.

Baca juga: Baru Pertama ke Singapura, Wajib Kunjungi 3 Wisata Ini

Dinding deretan toko tua, kafe dan restoran dipenuhi mural hasil karya seniman lokal dan internasional, seperti Didier Jaba Mathieu, Shery and the Yok, Oak and Bindi, serta masih banyak lagi.

Ketika senja datang, suasana tetap hidup dan berlangsung hingga malam hari.

Live music menjadi hiburan bagi mereka yang menikmati Kampong Glam, apalagi menjelang bergulirnya Formula 1 GP Singapore pada 2 Oktober 2022 ini.

Aktivitas di salah satu sudut pasar malam di Kampong Glam, Rabu (28/9/2022), saat pembeli menghampiri food truck yang menjual sate. Acara ini berlangsung menjelang Formula 1 GP Singapore 2022.KOMPAS.com/ALOYSIUS GONSAGA ANGI EBO Aktivitas di salah satu sudut pasar malam di Kampong Glam, Rabu (28/9/2022), saat pembeli menghampiri food truck yang menjual sate. Acara ini berlangsung menjelang Formula 1 GP Singapore 2022.

Laksana pasar malam di Indonesia, Kampong Glam berubah menjadi arena penuh hiburan.

Tampak seorang DJ beraksi di atas panggung menghibur ribuan pengunjung yang memadati area parkiran yang disulap menjadi arena bazar.

Di sisi lain, tersedia sejumlah permainan bagi anak-anak dan orang dewasa. Sejumlah 20 food truck pun siap melayani pengunjung yang memesan makanan sambil menikmati live music tersebut.

Baca juga: Situasi Terbaru Masuk Singapura Setelah Pelonggaran Aturan

Meski demikian, ada aturan yang harus dipatuhi sesuai komitmen bersama. Menjelang azan berkumandang dari Masjid Sultan, semua acara hiburan berhenti sejenak. Musik dan hiburan dilanjutkan kembali usai azan.

Haji Lane

Haji Lane yang ada di wilayah Kampong Gelam, memiliki sejarah yang membuat fasad bangunan di sini dipertahankan meski fungsinya berubah.KOMPAS.com/ALOYSIUS GONSAGA ANGI EBO Haji Lane yang ada di wilayah Kampong Gelam, memiliki sejarah yang membuat fasad bangunan di sini dipertahankan meski fungsinya berubah.

Di dalam lingkungan Kampong Glam, terdapat sebuah jalan bernama Haji Lane. Tempat yang bisa dituju hanya dengan berjalan kaki dari MRT Bugis ini termasuk salah satu favorit turis.

Di sini, ada deretan rumah tua yang disulap menjadi kafe, toko perhiasan, toko kain, juga tempat menjual hasil karya seni.

Baca juga: Cara Isi SG Arrival Card, Salah Satu Syarat Masuk Singapura

Seperti Kampong Gelam pada umumnya, mural pun menghiasi dinding rumah-rumah tua tersebut.

"Meski demikian, fasad (tampak) bangunan tidak diubah. Semuanya dipertahankan karena ini yang harus dijaga," ujar Augustar, pemandu yang disediakan pihak STB (Singapore Tourism Board), untuk sejumlah media dari Indonesia termasuk Kompas.com.

"Bagian dalamnya bisa diubah tetapi fasad bangunan harus tetap dijaga seperti semula."

Ada hal menarik tentang Haji Lane karena pada zaman dulu, wilayah ini menjadi tempat persinggahan bagi mereka yang ingin pergi naik haji. 

Baca juga: Perpaduan Informalitas dan Peradaban Kota di Kampong Glam

Umumnya, orang-orang dari Malaysia dan Indonesia yang ingin naik kapal laut untuk menunaikan ibadah haji, memilih menginap di Haji Lane.

Ini dilakukan agar bisa sesuai dengan jadwal keberangkatan kapal ke Tanah Suci.

"Jadi, karena mereka jauh, mereka harus tinggal di sini selama satu atau dua malam supaya tidak ketinggalan kapal," ungkap Augustar menjelaskan soal sejarah Haji Lane.

"Nah, orang-orang Arab di sini menjual keperluan-keperluan untuk pergi haji seperti kopiah, tasbih dan yang lainnya."

Baca juga: Cara ke Tiong Bahru dan Joo Chiat, Kawasan Ikonik di Singapura

Namun, setelah akses ke Tanah Suci sudah lebih mudah karena menggunakan pesawat, aktivitas di Haji Lane berubah. Kini, rumah-rumah tersebut dialihkan menjadi tempat untuk art, butik termasuk kafe dan toko.

"Sekarang tidak ada orang yang menginap lagi seperti dulu," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com