Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Sekaten Saat Maulid Nabi, Pasar Malam Ternyata dari Penjajah Belanda

Kompas.com - 08/10/2022, 12:31 WIB
Anggara Wikan Prasetya

Penulis

KOMPAS.com – Keraton Surakarta dan Yogyakarta biasanya selalu menggelar tradisi Sekaten saat momen Maulid atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Selama ini, Sekaten identik dengan pasar malam di Alun-alun Keraton Surakarta dan Yogyakarta.

Namun, sejarah Sekaten ternyata bukan bermula dari gelaran pasar malam di Alun-alun tersebut.

Baca juga: Pasar Malam Sekaten dan Upacara Sekaten Tidak Sama, Ini Bedanya

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (27/4/2021), Sekaten sudah dimulai sejak erak Kerajaan Demak.

Kerajaan Islam ini berdiri pada abad ke-15 Masehi. Saat itu, pihak Keraton Demak memainkan gamelan saat Maulid Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, penyelenggaraan Sekaten sekarang pun masih dilakukan dengan membunyikan Gamelan Sekaten di Masjid Agung Surakarta dan Yogyakarta.

Masjid Agung Demak, salah satu peninggalan Kerajaan Demak Shutterstock/Adhing Masjid Agung Demak, salah satu peninggalan Kerajaan Demak

Kompas.com, Selasa (13/11/2018) memberitakan bahwa Gamelan Sekaten ditabuh sebagai peringatan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa melalui media gamelan. 

Adapun ketika masa Sunan Kalijaga (zaman Keraaan Demak), masyarakat saat itu sangat gemar mendengarkan alunan gamelan.

Baca juga: Keraton Yogyakarta Kembali Gelar Peringatan Maulid Nabi, Ini Prosesinya

Namun, gamelan ditabuh di dalam masjid. Masyarakat saat itu yang ingin menyaksikan gamelan pun harus mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam sebagai semacam tiketnya. Inilah asal mula nama sekaten dari kata Syahadatain.

Pasar malam Sekaten ternyata dari penjajah Belanda

Lalu, mengapa saat ini pasar malam identik dengan perayaan Sekaten saat Maulid Nabi Muhammad SAW?

Diberitakan Kompas.com, Kamis (3/10/2019), Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridhamardawa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KPH Notonegoro mengatakan bahwa pasar malam sebenarnya bukan bagian dari Sekaten.

Potret Wahana permainan di Sekaten Keraton SoloKOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati Potret Wahana permainan di Sekaten Keraton Solo

Ia menjelaskan bahwa Sekaten mulanya digunakan kerajaan Islam, mulai dari Demak, Pajang, hingga Mataram untuk syiar dan dakwah yang juga disisipkan pesan perjuangan melawan penjajah.

Baca juga: Ucapan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW 2022 dan Link Twibbonnya

“Belanda itu yang mengadakan pasar malam untuk memecah perhatian rakyat supaya tidak terlalu ke sana (Sekaten),” ujar Notonegoro.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Oleh karena itu dilansir dari Kompas.com, Senin (5/9/2022), tahun 2022 ini pihak Keraton Yogyakarta tidak menggelar pasar malam Sekaten di Alun-alun. 

Salah satu alasannya adalah untuk mengembalikan semangat awal Sekaten. Acara di Alun-alun Yogyakarta hanya untuk ritual Sekaten saja.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com