"Kenapa sekaten dari perumpamaan Syahadatain, masyarakat berbondong-bondong ke Keraton mendengarkan gamelan, setelah itu masuk ke acara di serambi Masjid untuk mendengarkan ceramah dan melakukan Syahadat," kata dia, Jumat (7/10/2022).
Ia melanjutkan, kini masyoritas masyarakat sudah memeluk Islam, sehingga tradisi tetap dilakukan sebagai budaya.
Baca juga: Kenapa Pasar Malam Sekaten Yogyakarta 2022 Tak Lagi di Alun-alun
Upacara adat ini juga kembali digelar setelah 2 tahun tidak dilakukan karena Pandemi Covid-19.
Salah satu warga yang mendapatkan Udhik-udhik bernama Andri yang merupakan mahasiswa asal Lampung mengaku baru pertama kali mengikuti prosesi Kondhur Gongso di Masjid Gedhe Kauman.
"Tadi pas ramai-ramai ikutan, dan Alhamdulillah dapat. Tadi sempat nanya bapak-bapak maknanya apa katanya berbagi rizki dari pihak Keraton ke masyarakat," katanya, Jumat (8/10/2022).
Menurutnya ini merupakan pengalaman yang langka karena di kampung halamannya di Lampung tidak ada upacara adat seperti ini.
"Seru! Bagi masyarakat pendatang, koin ini akan saya simpan jadi kenang-kenangan selama kuliah di Yogyakarta," kata dia.
Baca juga: Pasar Malam Sekaten dan Upacara Sekaten Tidak Sama, Ini Bedanya
Sementara itu, wisatawan lainnya bernama Kalis Devita asal Jakarta mengatakan dia mendapatkan informasi upacara adat sekaten digelar kembali setelah 2 tahun vakum dari petugas di Keraton Yogyakarta.
"Tadi baru nyampe ke Keraton dapat info nanti malam ada peringatan Maulid Nabi yang 2 tahun kebelakang tertunda covid," ucap dia.
Lihat postingan ini di Instagram
Namun saat Sultan menyebar udhik-udhik, ia kurang beruntung karena tidak mendapatkannya.
"Gak dapat karena langsung minggir di tengah langsung penuh karena kalah tenaga, jadi mundur," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.