Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ground Zero, Monumen Peringatan Tragedi Bom Bali

Kompas.com - 11/10/2022, 21:10 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Ground Zero atau Tugu Peringatan Bom Bali I berdiri tegak di sebuah sudut di Jalan Legian, Kuta, Bali.

Bentuk paling menonjol dari monumen itu adalah kayonan -yang berbentuk seperti gunungan, seperti dikutip dari situs Dinas Pariwisata Badung, menyerupai daun putih kayu besar yang menjadi simbol alam semesta dan isinya.

Baca juga: 20 Tahun Tragedi Bom Bali: Australia Akan Gelar Upacara Peringatan dan Kisah Trauma Para Penyintas

Pada bagian bawah monumen terdapat sebuah prasasti yang memuat daftar nama semua korban meninggal dalam tragedi Bom Bali I, yang terjadi pada 12 Oktober 2002 silam, dan kebangsaannya.

Besok, Rabu (12/10/2022) tepat dua dekade peristiwa tersebut terjadi.

Sebanyak 202 orang dari 22 negara meninggal dalam peristiwa tersebut, sementara 324 orang menderita luka. Korban terbanyak adalah warga negara Australia dengan jumlah 88 orang.

Letak monumen yang cukup strategis membuatnya kerap dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Baca juga: Kilas Balik Bom Bali 2002, 19 Tahun Silam Ledakan Dahsyat Guncang Kuta dan Denpasar

Terletak di ruang terbuka membuat Ground Zero dapat dikunjungi oleh siapa saja, selama 24 jam.

Namun, setiap tanggal 12 Oktober dilakukan upacara peringatan di monumen tersebut, 

Makna Ground Zero

Salah satu korban Bom Bali I saat memanjatkan doa di Monumen Bom Bali pada peringatan 19 tahun Bom Bali, Selasa (12/10/2021). KOMPAS.com/Ach. Fawaidi Salah satu korban Bom Bali I saat memanjatkan doa di Monumen Bom Bali pada peringatan 19 tahun Bom Bali, Selasa (12/10/2021).

Beberapa bulan setelah peristiwa pengeboman, Pemerintah Kabupaten Badung membentuk Tim Pelaksanaan Penataan Kawasan Bekas Peledakan Bom, sesuai Keputusan Bupati Badung No.771 Tahun 2003 tanggal 7 Juli 2003, seperti dikutip Kompas.com (11/10/2011).

Tim menerima berbagai masukan terkait penataan lokasi tersebut, termasuk salah satunya pembangunan monumen.

Baca juga: 15 Tahun Bom Bali, Wina dan Dinda Tak Pernah Ingat Wajah Ayah Ibunya

Dibangunnya monumen dianggap sebagai tanda kebangkitan Bali, serta upaya mewujudkan Tat Twam Asi.

Dikutip dari situs Kementerian Agama RI, Tat Twam Asi diambil dari Bahasa Sanskerta dan merupakan salah satu konsep dasar dalam agama Hindu.

Tat berarti itu (ia), Twam berarti "kamu", sementara Asi berarti "adalah". Sehingga, Tat Twam Asi adalah sesuatu yang mengedepankan aspek sosial tanpa batas, karena diketahui bahwa "ia adalah kamu" dan menolong orang lain berarti menolong diri sendiri. Sebaliknya, menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri.

Secara positif, Tat Twam Asi adalah sesuatu yang menciptakan kedamaian.

Warga negara Jepang Takako Suzuki memegang foto anaknya Kosuke Suzuki bersama istrinya Yuka Suzuki yang menjadi korban dalam tragedi Bom Bali, di halaman Monumen Bom Bali, Kuta, Sabtu (12/10/2019). Meski pada 12 Oktober 2012 yang merupakan peringatan satu dekade tragedi bom Bali menjadi momentum peringatan terakhir, hingga tahun ke-17 ini para penyintas dan keluarga korban masih terus menggelar doa-doa dan tabur bunga di Monumen Bom Bali.ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF Warga negara Jepang Takako Suzuki memegang foto anaknya Kosuke Suzuki bersama istrinya Yuka Suzuki yang menjadi korban dalam tragedi Bom Bali, di halaman Monumen Bom Bali, Kuta, Sabtu (12/10/2019). Meski pada 12 Oktober 2012 yang merupakan peringatan satu dekade tragedi bom Bali menjadi momentum peringatan terakhir, hingga tahun ke-17 ini para penyintas dan keluarga korban masih terus menggelar doa-doa dan tabur bunga di Monumen Bom Bali.

Dari 17 desain monumen, terpilih desain karya Ir Wayan Gomudha MT. Monumen kemudian diresmikan pada 12 Oktober 2004 oleh AA Ngurah Oka Ratmadi, yang saat itu menjabat Bupati Badung.

Setiap bagian dari monumen memiliki makna, di antaranya altar, prasasti, tiang bendera, kayonan, tugu, tri kona nemu gelang, dan kolam.

Baca juga: Cerita Keluarga Korban Bom Bali, Tak Bisa Lupakan Tapi Sudah Memaafkan

Altar, misalnya, adalah tempat sesaji untuk memberi penghormatan, sementara kayonan berarti kehendak yang seharusnya dikenalikan. Sedangkan tri kona nemu gelang atau tembok berbentuk setengah lingkaran dalam bentuk tiga posisi merupakan simbol kehidupan.

Adapun kolam yang berada di tengah monumen memiliki sembilan air mancur sebagai simbol kumbanda atau roh.

Dari semua unsur yang dimasukkan, harapannya monumen itu mampu memancarkan kedamaian dan perdamaian ke segala arah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com