KOMPAS.com - Sejumlah tren pariwisata baru bermunculan di tengah pandemi Covid-19, salah satunya experience tourism (pariwisata pengalaman), lantaran mass tourism (pariwisata massal) tak lagi menjadi target utama industri pariwisata di Tanah Air.
"Menurut saya, masa depan itu adalah experience tourism, jadi tourism atau pariwisata yang berdasarkan dengan pengalaman yang kita dapat," ujar Ketua Umum DPP Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Hans Manansang, saat agenda PUTRI Travel Fair dan Invesment Forum 2022 di Jakarta Aquarium & Safari, Jumat (7/10/2022).
Baca juga:
Lebih lanjut, kata dia, experience tourism saat ini lebih dibutuhkan wisatawan. Menurutnya, daripada mengejar mass tourism, penawaran experience tourism lebih unik dan menarik.
"Experience tourism itu yang dicari oleh orang zaman sekarang. Tidak lagi sekadar datang ramai-ramai lihat pemandangan, tapi juga ingin merasakan kearifan lokal, budaya lokal, kuliner tradisional, kerajinan tangan, dan lain-lain dari suatu tempat," jelasnya.
Sebagai informasi, mass tourism merupakan wisata dalam jumlah yang besar, dilihat dari aspek wisatawan.
Kuantitas kedatangan wisatawan diutamakan, sehingga pariwisata massal mengarah ke wisata-wisata yang cenderung dikunjungi oleh wisatawan dalam jumlah banyak atau rombongan.
"Saya sedang mencoba menyadarkan, mungkin selama ini teman-teman mengejarnya ke mass tourism ya, artinya tempat wisata yang banyak dikunjungi, ribuan orang," tutur dia.
Baca juga: Campervan, Tren Liburan Anyar yang Makin Diminati Pencinta Road Trip
Hans memberikan salah satu contoh kegiatan yang pernah ia lakukan. Dulu, dirinya pernah membuat dan mengusulkan suatu festival Sambal Nusantara.
"Saya menemukan sambal-sambal yang diciptakan ternyata oleh raja-raja zaman dahulu. Saya ketemu 360 macam sambal, yang enggak biasa kita coba dan makan," jelasnya.
Baca juga: Menparekraf Optimistis Capai Target Kunjungan Wisman di Tengah Ancaman Resesi
Dari hal seperti itulah, kata Hans, wisatawan akan lebih tertarik karena dapat merasakan sesuatu keunikan tersendiri, sekaligus tempat wisata yang dijual di suatu destinasi.
"Nah ini adalah sebuah experience, menyicipi sambalnya juga. Jadi sambalnya gratis, tapi air minumnya bayar," ujar dia.
Baca juga: Pengembangan SDM Pariwisata yang Berkualitas Terus Dilakukan di Labuan Bajo
Selain itu, ia menjelaskan, tidak hanya mengejar kuantitas wisatawan, tapi pelaku wisata juga harus terus meningkatkan kualitas produk dan mutu tempat wisata, misalnya memperhatikan kebersihan toilet.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.