Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Ancaman Resesi, Kenaikan Tarif TN Komodo Dikaji Ulang

Kompas.com - 31/10/2022, 20:20 WIB
Viona Pricilla,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kenaikan tarif Taman Nasional Komodo (TN Komodo) atau tarif konservasi bakal dikaji ulang, mengingat adanya ancaman resesi pada 2023.

Hal ini mempertimbangkan kekuatan ekonomi pasar sekaligus menjaga agar wisatawan tetap datang ke destinasi yang berada di Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.

"Karena ada ancaman resesi tahun depan, ancaman perlambatan ekonomi, ini harus kita antisipasi. Jangan sampai memengaruji kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo," ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing secara hybrid, Senin (31/10/2022).

Baca juga: Meski Ditunda, Pelaku Wisata di Labuan Bajo Tetap Tolak Kenaikan Tarif Masuk TN Komodo

Apalagi, Sandiaga juga menerima laporan bahwa belum ada pemesanan paket wisata ke Pulau Komodo dan Pulau Padar (dua lokasi yang terimbas tarif baru), setelah 1 Januari 2023.

Para calon wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, cenderung menunggu keputusan pasti dari pemerintah terkait tarif masuknya.

Meskipun masih ada waktu dua bulan hingga Januari 2023 untuk berdialog, namun pemerintah ingin memastikan tarif yang ditetapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi calon wisatawan.

"Opsi ini atau opsional ini harus dikaji dan disosialisasikan," tuturnya.

"Kami akan diskusikan juga dengan teman-teman di KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) maupun Pemda dan pengelola Taman Nasional Komodo."

Baca juga: Kenaikan Tiket Taman Nasional Komodo Ditunda, Catat Harganya Saat Ini

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina mengatakan, masukan tentang danya opsi konstribusi konservasi disampaikan oleh pihak asosiasi dan para pelaku usaha selama dialog dilaksanakan.

"Mereka merekomendasikan kalau bisa dibuat opsional sehingga kita bisa bangkit dulu, pulih dari pandemi."

"Tidak menutup kemungkinan buat teman-teman yang ingin berkontribusi pada konservasi juga tetap difasilitasi dengan kegiatan, tapi tidak bersifat wajib," kata Shana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com