Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Kotabaru: Antara "Mistik" Saranjana dan "Role Model" Pariwisata

Kompas.com - 05/11/2022, 09:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sejak didapuk sebagai bupati tahun 2016, Sayed Jafar mulai mengembangkan “sorga-sorga” pariwsata yang begitu berlimpah di Kotabaru. Dengan dana yang terbatas, bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daera (APBD) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka kawasan yang berada di seberang kantor bupati dibenahi menjadi kawasan wisata unggulan.

Tidak saja dibangun patung ikan ikonik Kotabaru, juga penataan jalur pedestrian, spot kuliner serta panggung pementasan budaya. Wisata berbasis pantai seperti Gendambaan juga ditata dengan apik, dengan dilengkapi areal olahraga motocros serta permainan air.

Bukit Mamake juga dikemas dengan memanfaatkan jembatan pandang yang bisa melihat keindahan matahari terbit dan terbenam. Bukit Mamake juga menjadi spot olahraga paralayang yang unik.

Kawasan Hutan Meranti yang menjadi lokasi keberadaan salah satu jenis kayu hutan “terbaik” dunia yakni pohon meranti dan kruing. Pohon meranti yang ada di Kotabaru menjadi satu-satunya jenis pohon yang masih ada dan tumbuh di Kotabaru.

Berada di ketinggian 400 meter di atas permukaan laut, Hutan Meranti yang dilengkapi jembatan pandang merupakan titik terbaik untuk melihat Kotabaru dari atas. Aneka hewan seperti rusa, burung, monyet, juga dipelihara di kebun binatan mini Meranti.

Tidak jauh dari Kawasan Hutan Meranti, air terjun Tumpang Dua juga memberi keindahan tersendiri. Belum lagi Teluk Tamiang yang menawarkan sejuta pesona keindahan pantai dan bawah lautnya.

Bukit Lekke Tedong yang berada di depan pantai, seolah-olah menjadi kanvas alam yang begitu sempurna kecantikkannya. Siring Laut, Gendambaan, Bukit Mamake, Hutan Meranti, Tumpang Dua adalah sebagaian spot wisata yang berada di sekitaran Kotabaru.

Masih ada puluhan lagi tempat-tempat plesiran di Kabupaten Kotabaru yang tersembunyi. Bukit Pasir yang tiba-tiba muncul dan menghilang di kawasan pantai Pulau Laut juga menjadi atraksi wisata yang sulit dilupakan.

Baca juga: Kotabaru Layak Ditawarkan kepada Wisatawan

Keberadaan Bandara Gusti Syamsir Alam dengan koneksi penerbangan pesawat baling-baling jenis ATR dari dan menuju Makassar di Sulawesi Selatan serta Banjarmasin di Kalimantan Selatan menjadikan Kotabaru mudah terhubung dengan transportasi udara.

Rencananya perpanjangan run way bandara akan segera dikerjakan di awal 2023 sehingga Bandara Gusti Syamsir Alam nantinya bisa didarati pesawat berbadan lebar.

Jika menggunakan jalur darat, Kotabaru bisa dijangkau dengan menggunakan penyeberangan kapal ferry dari Batulicin, Tanah Bumbu. Sementara dari Banjarmasin ke Batulicin, perjalanan darat bisa ditempuh dengan enam jam perjalanan dengan kecepatan normal.

Bupati Kotabaru Sayed Jafar diakui oleh berbagai kepala daerah di Kalimantan sebagai bupati yang paling visioner dalam pengembangan pariwisata. Tidak heran jika Kotabaru acap kali mendapat kunjungan dari berbagai kepala daerah guna melakukan studi banding tentang pariwisata.

Saat Presiden Joko Widodo mencanangkan pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan dan finalisasinya di Penajem Passer Utara, Sayed bergerak cepat untuk membenahi potensi pariwisata di Kotabaru. Dirinya sadar, pariwisata tidak akan ada “habisnya” sementara rezeki tambang akan ada “masanya” untuk habis.

Pengembangan pariwisata di Kotabaru sejatinya adalah langkah antisipasi Sayed Jafar akan kebutuhan psikis dan fisik dari setiap orang untuk melepaskan penat kehidupan. Selama dua tahun pandemi, keyakinan Sayed Jafar untuk pengembangan pariwisata tidak tergoyahkan.

Masa pandemi tidak boleh mematikan kehidupan tetapi harus disiasati dengan memberi celah bagi warga untuk terus eksis dalam kehidupan. Tidak salah jika selarik kalimat dalam bahasa Banjar itu begitu menggambarkan tekad dan semangat Kotabaru dalam menatap kehidupan pasca pandemi.

Cerminan semangat pemerintah bersama masyarakat untuk bangkit pasca pandemi. Semangat dalam membangun kota hingga desa serta semangat dalam berbenah menuju daerah penyangga IKN - “Masyarakat wigas, Kotabaru babungas. Mahadap Nusantara di Garbang Watas.” 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com