Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Rumah Pengasingan Para Pendiri Bangsa di Banda Neira

Kompas.com - 07/11/2022, 19:09 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banda Neira dikenal karena kekayaan rempahnya yang menjadi rebutan bangsa Eropa. Namun selain itu, pulau di Kepulauan Banda tersebut juga merupakan tempat pengasingan beberapa tokoh nasional yang berperan penting bagi Tanah Air. 

Tokoh tersebut di antaranya adalah Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta, yang pada Februari 1934 diasingkan ke Banda Neira selama enam tahun, tepatnya dari tahun 1936 hingga 1942. 

Baca juga:

Bung Sjahrir, panggilan akrab beliau, merupakan intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi politikus dan perdana menteri pertama Indonesia.

Selain mereka berdua, dr. Tjipto dan Mr. Iwa Kusumasumantri juga diasingkan ke Banda Neira. Keempatnya adalah tokoh nasional yang memberontak kepada Belanda.

Rumah Pengasingan Sutan Sjahrir berada di depan Jalan Said Tjong Baadillah, Kelurahan Nusantara, Kecamatan Banda, Kota Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Letaknya tidak jauh dari Rumah Budaya Banda Neira, yang berseberangan dengan Delfika Guesthouse. 

Sebelum digunakan sebagai rumah pengasingan Bung Sjahrir, bangunan ini dulunya milik seorang pemilik perkebunan pala yang sudah tidak lagi ditinggali. Kemudian, disewa untuk tempat tinggal Bung Kecil selama di Banda Neira, seperti dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id

Baca juga: Rumah Budaya Banda Neira, Menyimpan Jejak Kelam Masa Penjajahan

Melihat aneka koleksi Bung Sjahrir

Koleksi gramofon di rumah pengasingan Sutan SjahrirDok. Kemdikbud Koleksi gramofon di rumah pengasingan Sutan Sjahrir

Sesuai namanya, saat Kompas.com berkunjung pada Selasa (01/11/2022), terlihat berbagai peninggalan yang menggambarkan suasana tempat tinggal Bung Sjahrir saat di pengasingan.

Rumah ini bergaya Eropa dengan enam pilar doria di teras depan. Bangunannya terdiri dari bangunan utama dan bangunan di belakang.

Pada bangunan utama, terdapat lima ruangan dan dua teras, di depan dan di belakang. Atapnya seng dengan atap bertipe pelana, plafon menggunakan papan kayu, dan lantai menggunakan terakota, dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id.

Baca juga: Mengunjungi Pulau Rhun di Banda, Pernah Ditukar dengan Manhattan

Pintu masuknya berupa bahan kayu dengan bagian atas berbentuk melengkung. Pintu ini berada di samping utara dari teras depan.

Saat memasuki bangunan utama, tiga ruangan bagian depan ini digunakan sebagai museum yang memamerkan koleksi foto-foto tentang Bung Sjahrir. 

Saat Kompas.com memasuki ketiga ruangan, terlihat ada banyak foto zaman dahulu yang menggambarkan situasi saat Bung Sjahrir masih muda hingga dewasa.

Beberapa tokoh seperti salah satunya Bung Hatta juga nampak dalam dokumentasi yang ada. Kebanyakan foto tersebut dicetak hitam putih atau merah kecoklatan dengan khas cetakan foto zaman dahulu yang belum kaya akan warna.   

Meja kerja dan mesik tik tradisional peninggalan Sutan Sjahrir yang ada di Rumah Pengasingan Bung Sjahrir di Banda Neira. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Meja kerja dan mesik tik tradisional peninggalan Sutan Sjahrir yang ada di Rumah Pengasingan Bung Sjahrir di Banda Neira.

Beberapa benda lain yang terlihat, seperti gramofon yang dulu digunakan oleh Sjahrir untuk mendengarkan lagu-lagu kesukaan beliau.

Ada juga mesin ketik di ruangan kerja yang digunakan beliau untuk menulis surat dan menuangkan isi pikirannya mengenai pergerakan perjuangan Indonesia.

Baca juga:

Suasana Rumah Pengasingan Bung Sjahrir terasa sepi. Apalagi, ruangannya yang termasuk cukup luas, tidak terisi oleh banyak barang layaknya Rumah Budaya Banda Neira.

Sayangnya, kompas.com hanya memiliki waktu terbatas untuk mengeksplorasi rumah pengasingan ini, karena berburu waktu mengejar destinasi selanjutnya.

Rumah Pengasingan Sutan Sjahrir di Banda Neira hingga kini masih diabadikan sebagai salah satu lokasi wisata sejarah, yang patut dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun wisatawan asing. 

Adapun selain diabadikan sebagai destinasi bersejarah yaitu Rumah Pengasingan Sutan Sjahrir, nama sang pahlawan revolusioner juga diabadikan sebagai salah satu nama pulau yang ada di Kepulauan Banda.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Selain Pulau Syahrir, ada juga Pulau Hatta yang merupakan wujud penghormatan kepada salah satu tokoh nasional yaitu proklamator Republik Indonesia, yang juga pernah diasingkan di sana. 

Baca juga: 5 Keindahan Maluku Utara, Provinsi dengan Penduduk Paling Bahagia

Untuk memasuki tempat ini, wisatawan dikenakan biaya Rp 20.000 per orang untuk satu kali kunjungan. Adapun jam operasionalnya adalah setiap Senin hingga Minggu, pukul 07.00 sampai dengan 18.00 WIT. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com