Monumen ini juga dikenal sebagai Monumen Front Perjuangan Rakyat Bekasi.
Lokasinya ada di tepi Kali Bekasi atau di Jalan Ir H Juanda.
Dikutip dari Kompas.com (14/08/2022), di monumen tersebut, tergambarkan ilustrasi kereta, tentara-tentara Jepang, dan rakyat Bekasi yang sedang memegang senjata. Secara sekilas, pengunjung yang mendekati monumen bisa mengetahui apa yang terjadi di sana kala itu.
Menurut Sejarawan Ali Anwar, Monumen Kali Bekasi merupakan tempat rakyat Bekasi melawan tentara Jepang. Tempat ini menjadi saksi bisu pembantaian 90 tentara Jepang oleh rakyat di Bekasi pada 18 Oktober 1945.
Baca juga: 5 Camilan Renyah Khas Bekasi, Cocok Buat Oleh-Oleh
Adapun tentara Jepang selama pendudukannya dikenal begitu kejam terhadap rakyat Bekasi. Untuk itu, rakyat mencoba menangkap tentara Jepang yang hendak melintasi Bekasi. Saat itu, Jepang sudah dinyatakan kalah oleh sekutu setelah Perang Dunia II yang menghancurkan Kota Hiroshima dan Nagasaki.
Menurut Ali, saat itu Kali Bekasi berubah warna menjadi merah, sehingga disebut kali merah.
Pemerintah Jepang kemudian mengajukan protes dan meminta pertanggungjawaban kepada Kepolisian RI. Mereka juga meminta jaminan agar tidak terjadi lagi peristiwa serupa.
Presiden Soekarno pun datang ke Bekasi pada 25 Oktober 1045 dan meminta agar peristiwa serupa tidak terulang. Permintaan Soekarno diterima oleh rakyat Bekasi dan monumen itupun dibangun sebagai tanda perdamaian Jepang dan Bekasi.
Baca juga: Naik Bus, Kereta, atau Taksi dari Bekasi ke Bandara Soetta, Mana Paling Murah?
Monumen ini berlokasi di Jalan KH Agus Salim, Bekasi Timur, Kota Bekasi. Dikutip dari situs Pemerintah Kota Bekasi, pada bagian atas monumen terdapat kepala dengan ornamen pecahan peluru meriam, mortir, granat tangan, dan selongsong palum di sekelilingnya.
Meski sekilas terlihat biasa, namun tugu setinggi 205 sentimeter tersebut memiliki makna historis mendalam dan merupakan saksi bisu perjuangan rakyat Bekasi melawan tentara Belanda dan sekutu.
Baca juga: Tempat Berburu Foto-foto Instagramable Terbaru di Bekasi
Dikutip dari Tribun Jakarta, masyarakat sekitar juga kerap menyebutnya sebagai Tugu Patal. Menurut Sejarawan Ali Anwar, sebutan itu digunakan lantaran letak tugu yang dibangun pada tahun 1949 itu berdekatan dengan pabrik pemintalan benang bernama Patal.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.