Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Bakso di Tengah Hutan Bakau, Pilihan Menarik Saat Liburan di Sikka

Kompas.com - 08/11/2022, 13:30 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Menikmati semangkuk bakso di sebuah restoran atau warung tentu sudah biasa. Namun, bagaimana rasanya ketika makan bakso di tengah hutan bakau?.

Pengalaman itu bisa kamu rasakan saat berkunjung ke Klakat, salah satu wisata di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Wisata Klakat berada di Desa Watubaing, Kecamatan Talibura. Sekitar 42 kilometer dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan.

Baca juga: Wisata Mangrove Watubaing, Destinasi Baru di Sikka NTT

Belum lama ini Kompas.com berkesempatan mampir di wisata Klakat sebelum bertolak ke Larantuka, Kabupaten Flores Timur.

Saat hendak memasuki kawasan wisata Klakat, tampak baliho berukuran 2x3 meter dengan tulisan bakso tempur seakan menyambut setiap pengunjung.

Ada satu pohon asam berukuran besar dan rindang. Selain itu beberapa tempat duduk yang dari potongan kayu diatur secara apik, membuat pengunjung merasa betah saat berada di sini.

Anda perlu sedikit merogoh kocek untuk membeli semangkuk bakso dengan berbagai varian, tergantung selera. Harganya sangat ramah kantong, dibanderol Rp 10.000 sampai Rp 15.000 per mangkok.

Sebelum pesanan tiba di meja hidangan, kamu bisa berkeliling membelah hutan bakau melewati jembatan alami dari kayu dan bambu. Ada banyak spot foto instagramable yang bisa diabadikan.

Baca juga: Pemandian Air Panas Blidit di Sikka, NTT Mulai Diminati Turis Asing

Udara sejuk dan menyegarkan begitu terasa. Siulan burung ditaburi gemuruh ombak terdengar merdu. Saat sore hari pengunjung akan melihat monyet yang loncat diantara pohon bakau.

"Untuk sementara baru satu area tempat duduk yang baru dibangun di dalam kawasan hutan mangrove, bisa duduk sementara sambil menikmati baksonya," ujar Wawan Duran (32) selaku inisiator wisata Klakat.

Wisata edukasi Klakat

Wawan mengatakan bahwa Klakat sesungguhnya bukan sekadar wisata biasa, tetapi juga menjadi wahana edukatif bagi wisatawan, pelajar, mahasiswa, atau peneliti.

Mereka bisa ikut serta menanam bakau dan belajar tentang cara menjaga hutan bakau agar tidak rusak.

"Kita siapkan bibitnya, nanti kalau ada wisatawan kita beri minta mereka untuk tanam, sehingga bisa jadi pengalaman berbeda saat kunjung ke sini," katanya.

Baca juga: Umauta di Sikka, NTT Masuk 50 Desa Wisata Terbaik di Indonesia

Wawan menargetkan pembangunan jembatan alami akan rampung di bulan Desember. Selanjutnya pengunjung bisa bebas untuk menikmatinya, asalkan tetap menjaga kebersihan.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Salah seorang pengunjung bernama Paul (27) mengaku takjub dengan konsep wisata Klakat. Sebab, wisatawan yang datang diajak ikut terlibat untuk menjaga hutan bakau.

"Ini sangat luar biasa dan menarik. Harapannya Klakat bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal dan ramai," ucapnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com