KOMPAS.com - Kepulauan Banda di Maluku terdiri dari 11 gugusan pulau yang berpenghuni dan tidak berpenghuni.
Jika ingin berwisata dalam satu hari, kamu bisa mendatangi satu pulau ataupun berpindah ke beberapa pulau.
Salah satu pulau yang cocok untuk didatangi dalam satu hari adalah wilayah Desa Nusantara di Pulau Banda Neira.
Baca juga: 7 Tempat Wisata Banda Neira, Benteng hingga Gunung Api
Menurut Kepala Pemerintah Negeri Administratif (KPNA) Mohamad Laadjila, keseluruhan Banda Neira memiliki tempat-tempat peninggalan sejarah penjajahan Belanda hingga Inggris, serta peninggalan kerajaan pada masa lampau.
“Bangunan, lukisan, atau prasasti, benda-benda seperti pedang itu tersimpan di beberapa tempat seperti Museum Rumah Budaya atau rumah adat kami,” ujar Laadjila kepada Kompas.com, Selasa (1/11/2022).
Ia menjelaskan, beberapa destinasi di Desa Wisata Nusantara memang relatif berdekatan dan pas untuk dikunjungi dalam waktu singkat seperti misalnya setengah atau satu hari.
Baca juga:
“Potensi wisata yang kami miliki cukup lengkap. Wisata bahari, sejarah, gunung api, kuliner, semua ada,” imbuhnya.
Jika ingin berwisata keliling kawasan Banda Neira dalam satu hari, ada beberapa destinasi yang bisa dikunjungi, mayoritasnya adalah situs sejarah.
Setiap situs dikenakan tiket Rp 20.000 per orang, seperti disampaikan oleh pemandu wisata lokal.
Adapun kalau ingin mendapatkan wisata laut atau menyelam sekaligus, umumnya kamu butuh beberapa hari di Banda.
Baca juga: Desa Wisata Negeri Hila di Maluku, Lokasi Penting Jalur Rempah Dunia
Berikut itinerary satu hari berwisata di kawasan Desa Nusantara, Banda Neira, Maluku Tengah, yang bisa jadi referensi.
Perjalanan pagi hari sekitar pukul 08.00 WIT, bisa dimulai dengan mengunjungi Rumah Budaya Banda Neira.
Jaraknya hanya sekitar 200 meter dari Pelabuhan Banda Neira, dan dapat ditempuh kurang lebih 5 menit jalan kaki.
Pengunjung bisa menemukan catatan sejarah penjajahan Belanda melalui VOC dari lukisan maupun benda-benda yang tersimpan di sana.
Selain lukisan genosida atau pembantaian brutal Belanda kepada para tokoh di Banda, terdapat sejumlah peninggalan bersejarah penting lainnya.
Baca juga: Rumah Budaya Banda Neira, Menyimpan Jejak Kelam Masa Penjajahan
Seperti aneka jenis meriam, alat musik, guci, pedang, berbagai senjata, keramik China, uang kuno dari beberapa negara, dan lonceng Belanda.
Ada juga sejumlah catatan yang bisa dilihat oleh pengunjung, seperti peta lama rute pelayaran bangsa Belanda menuju Banda Neira.
Setelah kurang lebih satu jam, saatnya berjalan sedikit menuju rumah Pengasingan Sutan Sjahrir.
Letaknya tidak jauh dari Rumah Budaya Banda Neira, yang berseberangan dengan Delfika Guesthouse.
Rumah bergaya Eropa ini terdiri dari bangunan utama dan bangunan di belakang. Pada bangunan utama, terdapat museum yang memamerkan koleksi foto-foto Bung Sjahrir dari muda hingga dewasa.
Baca juga: 8 Wisata Morotai di Maluku Utara, Telusuri Peninggalan Perang Dunia II
Ada juga beberapa benda lain seperti mesin tik di meja kerja yang digunakan beliau untuk menulis surat atau pemikiran tentang pergerakan perjuangan Indonesia, dan alat musik gramofon.
Selanjutnya, tujuan akhir sebelum makan siang adalah Gereja Tua Banda Neira. Sesuai namanya, gereja ini merupakan salah satu gereja tertua yang ada di Kepulauan Banda, dan masih aktif digunakan hingga saat ini.
Dibangun oleh Belanda pada tanggal 20 April 1873, Gereja Tua menggunakan gaya Eropa dengan adanya pilar-pilar di teras depan yang berbentuk doria.
Baca juga: 5 Rekomendasi Penginapan di Kepulauan Kei Maluku, Ada yang di Tepi Pantai
Pada lantai gereja, terdapat beberapa nisan yang terbuat dari batu andesit, dipenuhi tulisan dengan bahasa Belanda.
Pada halaman belakang bengunan benteng terdapat beberapa makam orang Belanda yang merupakan tokoh agama, saat penyebaran agama Nasrani di Banda Neira.
View this post on Instagram
Memasuki waktu makan siang, saatnya menaiki motor atau berjalan kaki agak jauh menuju Istana Mini Neira.
Istana yang dibangun pada 1622 dan dulunya menjadi tempat tinggal pejabat VOC ini berlokasi sekitar 500 meter dari Benteng Belgica.
Menurut penduduk setempat, bangunan yang kini tidak ditinggali itu biasanya digunakan untuk acara desa tertentu, seperti lomba 17 Agustus-an.
Baca juga: Panduan Wisata ke Desa Wisata Ngilngof di Kei Kecil, Maluku Tenggara
Selain itu, pengunjung juga bisa duduk-duduk di selasar sambil makan Patita.
Patita adalah tradisi makan bersama dalam jumlah besar, dengan sajian menu khas Maluku, seperti ikan asar, ikan goreng, ikan kuah kuning, papeda, kokohu, patatas rebus, manisan pala, dan lain-lain.
Baca juga: Menikmati Indahnya Senja di Pulau Nailaka, Kepulauan Banda
Biasanya hidangan patita disajikan di atas daun kelapa atau daun pisang yang ditata sebagai alas. Menurut pemandu wisata lokal, biaya Patita mulai Rp 125.000 per orang.
Tradisi ini bertujuan untuk mengenalkan menu khas Maluku dan juga meningkatkan kekerabatan serta kebersamaan masyarakat.
Sekitar pukul 14.00 WIT, perjalanan dilanjutkan menuju Klenteng Sun Thien Kong.
Berada di daerah pecinan di Desa Nusantara, klenteng ini jadi bangunan peribadatan bagi pemeluk agama Konghucu dan beberapa keturunan Tionghoa di Banda Neira.
Belum jelas kapan klenteng ini dibangun, meski menurut tokoh Tionghoa yang sekarang menjadi pemegang kunci, Sinto Holsen (Ho Tjiau Sin), klenteng tersebut telah ada sebelum datangnya Bangsa Eropa di Banda Neira.
Baca juga: 3 Pulau di Banda Maluku yang Cocok untuk Island Hopping Seharian
Seperti diketahui, Bangsa Tionghoa memang lebih dahulu menjalin kerjasama perdagangan dengan rakyat Banda dan bermukim di Banda Neira.
Klenteng Sun Thien Kong terdiri dari tiga bangunan yakni bangunan utama, bangunan samping, dan sumur, seperti dikutip Kemdikbud.
Menjelang sore hari pukul 15.00 WIT, tujuan terakhir yang cocok untuk didatangi adalah Benteng Belgica. Pengunjung bisa berjalan kaki meski agak menanjak, atau menyewa ojek untuk menuju ke benteng.
Benteng yang dibangun abad ke-16 ini memilih denah segi lima, dan masih berdiri dengan kokoh. Terdapat beberapa menara dan meriam yang bisa dilihat saat sudah naik ke atas benteng.
Baca juga:
Tak hanya itu, Benteng Belgica menawarkan pemandangan menakjubkan karena menghadap ke arah laut dan Gunung Api Banda, sehingga akan semakin menambah keindahan foto para pengunjung.
Kamu bisa menghabiskan waktu berlama-lama mengeksplorasi benteng ini, sebelum kembali ke penginapan untuk istirahat dan makan malam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.