Menteri Keuangan Sri Mulyani tampil mengenakan atasan dari bahan tenun buku Sulawesi warna putih beraksen emas, serta bermotif rintik hujan.
Kain tradisional tersebut dipakai oleh Sri Muyani dalam acara Finance and Health Hackathon 2022 di Hotel Mulia, Nusa Dua pada Minggu (13/11/2022).
Ani, sapaan akrabnya, tampak memadukan atasan tenun tersebut dengan celana panjang hitam dan dilengkapi sepatu kets warna putih.
Adapun, tenun buku putih beraksen emas dengan motif rintik hujan adalah simbol kemandirian dan harapan.
Baca juga: Pura Sakenan, Tempat Ibadah yang Dikunjungi Delegasi G20 di Bali
Sebelumnya, Sri Mulyani juga tampak mengenakan atasan berbahan tenun Tidore, Maluku Utara bermotif barakati dengan kombinasi warna hijau tua, abu-abu muda, dan hitam.
Tepatnya pada acara peluncuran Environmental, Social, and Governance (ESG) Framework and Manual di Hotel Movenpick, Jimbaran, Bali, Sabtu siang (12/11/2022).
Motif barakati melambangkan sisi kesultanan yang menaungi masyarakat pada semua aspek kehidupan.
Baca juga: Mengenal Pinandita, Pemuka Agama Hindu yang Doakan Kesuksesan KTT G20
Menurut Leni Nurlaini, Koordinator Layanan Pimpinan dan Logistik G20 Kementerian Keuangan, semua busana yang dikenakan Menkeu tersebut adalah simbol dari semua wastra atau kain lokal Indonesia.
“Selama event Presidensi G20, Bu Menkeu mengenakan wastra Indonesia yang sarat makna. Kami menampilkan kain lokal sebagai bentuk kepedulian dengan pemberdayaan UMKM supaya bisa menembus pasar global,” ujarnya.
Baca juga: Naik Pesawat Super Air Jet ke Bali Selama KTT G20, Perhatikan Hal Ini
Sementara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengenakan kemeja dan udeng atau ikat kepala berbahan endek Bali warna ungu.
Sandiaga memakainya dalam acara B20 Summit Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali pada Minggu (13/11/22).
Baca juga: GWK Bali Tutup Sementara hingga 15 November Jelang KTT G20
Untuk diketahui, endek merupakan kain tenun ikat khas Bali. Beberapa jenis endek memiliki keunikan, mulai dari makna sakral hingga mencerminkan nuansa alam.
Dalam sejarahnya, kain endek mulai berkembang sejak tahun 1975, pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung.
Sejak tahun 1985 hingga sekarang, kain endek berkembang pesat bahkan disukai wisatawan mancanegara.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.