Kondisi Candi Borobudur pada saat ditemukan mulanya berbeda jauh dengan kondisi saat ini. Oleh sebab itu, situs tersebut mengalami beberapa kali pemugaran.
Adapun, pemugaran besar-besaran Candi Borobudur tercatat sebanyak dua kali, berdasarkan informasi dari Balai Konservasi Borobudur.
Pemugaran pertama pada 1907-1911, dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah Hindia Belanda di bawah komando Van Erp. Pemerintah Hindia Belanda sepakat untuk menggelontorkan dana 48.000 gulden untuk pemugaran candi.
Sedangkan, pemugaran kedua pada 1973 – 1983 dilakukan oleh Pemerintah Indonesia di bawah komando Soekmono.
Baca juga: Asal-usul Nama Candi Borobudur, Ternyata Berasal dari Sejenis Tanaman
Berdasarkan informasi dari situs Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 1955 Pemerintah Indonesia mengajukan permintaan kepada UNESCO guna membantu menangani masalah Candi Borobudur.
Setelah dilakukan serangkaian penelitian, tenaga ahli UNESCO mendiagnosa bahwa Candi Borobudur menderita penyakit kanker batu yang berpotensi menghancurkan batu-batu candi secara perlahan.
Akhirnya, pada 1960, Borobudur dinyatakan dalam keadaan darurat, serta UNESCO terlibat lebih aktif dalam upaya pelestarian candi.
Baca juga: 6 Keunikan Candi Borobudur, Dibangun dari 2 Juta Batu
Pada 1971, dilakukan upaya penyelamatan Candi Borobudur secara besar-besaran, setelah UNESCO menyetujui pemberian bantuan pemugaran candi.
Pada 23 Februari 1983, pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai. Selanjutnya, Presiden Soeharto meresmikan pembukaan Candi Borobudur bagi masyarakat luas.
Baca juga: Rute ke Candi Borobudur, Bisa Naik Transportasi Umum dan Kendaraan Pribadi
UNESCO menetapkan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia. UNESCO memberi nama situs ini Borobudur Temple Compounds.
Candi Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia bersama-sama dengan Candi Pawon dan Candi Mendut. Saat ini, Candi Borobudur masih kokoh berdiri, baik sebagai tempat wisata sejarah maupun tempat ibadah umat Buddha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.