MALANG, KOMPAS.com - Rumah sakit Persada Hospital di Malang, Jawa Timur, tengah menjajaki kerja sama dengan institusi kesehatan asal Amerika Serikat (AS) Mass General Brigham.
Selain mendukung Malang sebagai kawasan medical tourism (wisata medis) tahun 2023, kerja sama ini diharapkan dapat meningkatan kualitas pelayanan melalui pertukaran wawasan.
Baca juga:
"Kita lagi mengeksplorasi bagaimana caranya kita bisa meningkatkan kualitas healthcare (layanan kesehatan) kita dari segi SDM (sumber daya manusia), center of excellence tadi, dan juga dari segi teknologinya," kata Wakil Direktur Persada Hospital Ardantya Syahreza, Minggu (20/11/2022).
Menurut Ardantya, potensi wisata medis di Indonesia cukup besar. Dari hasil risetnya, masyarakat Indonesia setiap tahun pergi berobat sekaligus berwisata ke luar negeri dan mengeluarkan uang sekitar 11,5 miliar dollar Amerika Serikat (AS), sekitar Rp 180,57 miliar.
Mereka berobat ke sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Baca juga: Beda Wisata Medis dan Wisata Kesehatan, Ada di Kegiatan dan Motivasi
"Kami juga melihat bahwa di rumah sakit kami beberapa pasien dari Kalimantan, Sulawesi, Medan. Mereka datang kesini untuk berobat, artinya kualitas kita tidak kalah, memang untuk pelayanannya harus ditingkatkan," katanya.
Dari sisi pariwisata, ia melanjutkan bahwa wilayah Malang Raya memiliki tempat wisata alam dan buatan yang dapat menarik wisatawan nusantara. Salah satunya di kawasan Gunung Bromo dan Kota Batu.
"Kita bisa menjadi kawasan medical tourism yang cukup diminati orang apabila healthcare (layanan kesehatan) kita kolaborasikan dengan industri pariwisata," ujarnya.
Baca juga: Wisata Kebugaran dan Wisata Kesehatan, Apa Bedanya?
Pihaknya juga sudah mulai berkomunikasi dengan pelaku industri pariwisata untuk mendukung terwujudnya Malang Medical Tourism tahun depan.
"Hotel seperti Grand Mercure sudah menyampaikan kalau terbuka untuk kerja sama, Jatim Park juga sudah, kita juga ada obrolan untuk mengembangkan sebuah rehab atau wellness holistic center di Batu, jadi ini masih digiring betul-betul," terang Ardantya.
Selain itu, pihaknya juga sudah mulai berkomunikasi dengan rumah sakit lainnya di Malang untuk mendukung terwujudnya kawasan Malang Medical Tourism.
Ia berpendapat, mewujudkan Malang Medical Tourism tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri dan harus ada kolaborasi dengan rumah sakit lain.
"Seperti contohnya di (RS) Lavalette kuat di onkologi, jadi mereka punya fasilitas sinar untuk mengobati mengenai kanker, nah ini semua harus terintegrasi agar Malang semakin kuat untuk menjadi destinasi Medical Tourism, walaupun memang belum semuanya siap," katanya.
Baca juga: Langkah Kemenparekraf Kembangkan Wisata Kesehatan di Indonesia
Komunikasi dengan pemerintah dikatakannya sudah dilakukan dan respons yang diterima positif. Tetapi, dia menyampaikan bahwa dukungan perlu didapatkan dari seluruh pemerintah daerah di Malang Raya.
"Kami sudah bicarakan, sebetulnya pemerintah di Malang sudah mencoba untuk mendorong adanya tourism datang, apalagi pasca-Covid, walaupun belum spesifik ke kesehatan atau Medical Tourism, kita sudah bicarakan dan mereka terbuka. Tapi tidak bisa hanya Malang (Kota dan Kabupaten) saja tapi juga Batu," jelasnya.
Baca juga: Influencer dan Konten Kreator Jadi Strategi Promosi Wisata Kesehatan
Meski begitu, diakuinya, perlu adanya pembenahan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit di Malang yang harus go international.
Menurutnya, ada beberapa permasalahan terkait kualitas pelayanan rumah sakit Indonesia pada umumnya.
"Kenapa orang kita pergi ke luar negeri, ternyata banyak masalah, kualitas dokter yang suka terlambat atau mungkin tidak terintegrasi, jadi semua hal ini menjadi komplikasi dari semua masalah di rumah sakit di Indonesia," katanya.
Baca juga: Wisatawan Indonesia Jadi Pasar Utama Wisata Kesehatan di Bali
Peran rumah sakit saat ini, tuturnya, tidak hanya untuk melayani pasien guna penyembuhan, tetapi juga berperan aktif dalam memberikan pelayanan yang lebih.
"Selain memberikan pelayanan medis yang komprehensif, rumah sakit juga harus mulai memberikan perhatian pada layanan yang lebih, mendorong orang untuk medical check-up dan hidup sehat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.