Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/11/2022, 12:11 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wayang topeng tetap memiliki tempat di hati penggemarnya, bahkan menarik minat generasi muda. Hal ini terlihat dari pementasan Wayang Topeng Malang di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (20/11/2022) sore.

Suasana ruang pertunjukan tampak dipadati oleh sejumlah penggemar wayang dari berbagai usia. Terlihat cukup banyak anak-anak datang ditemani orangtua mereka, serta muda-mudi berusia sekitar 20 tahun-an. 

Baca juga: 

"Ini sudah kedua kalinya aku nonton, sekarang aku datang sama teman-teman dari Karang Taruna. Menurutku ini keren banget," ujar seorang pengunjung dari Jakarta Timur bernama Ila, saat ditemui Kompas.com usai pergelaran, Minggu (20/11/2022). 

Adapun pergelaran berdurasi sekitar satu jam bertajuk Umbul-Umbul Mojopuro ini dibawakan oleh Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun dari Malang, Jawa Timur.

Isinya berkisah tentang Sang Panji Asmorobangun, putra pertama seorang Raja Jenggala yang berhak menggantikan sang ayah menjadi raja. Namun, ia harus melalui ujian atau sayembara terlebih dahulu.

Memahami jalan cerita dari dari gerak tarian

Sebagai informasi, wayang topeng Malang merupakan seni tradisi berupa drama dan tari yang dinarasikan seorang dalang. Dalang hadir sebagai pemimpin pertunjukan, sedangkan penari yang mengenakan topeng mengikuti alur cerita sang dalang dengan iringan musik.

Wayang Topeng Malang Umbul-Umbul Mojopuro yang digelar di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (20/11/2022) sore.
KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Wayang Topeng Malang Umbul-Umbul Mojopuro yang digelar di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (20/11/2022) sore.

Ila yang berusia 21 tahun ini mengaku, meskipun tidak terlalu memahami bahasa Jawa yang digunakan sebagai narasi sepanjang cerita, ia tetap menikmati pertunjukan. Ia juga menangkap jalan ceritanya dari tarian serta gerak yang memunculkan pemaknaan. 

"Aku kebetulan juga hobi nari, jadi excited (semangat) kalau ada pergelaran kayak begini. Jadi walaupun enggak (bisa) bahasa Jawa, tapi nangkap jalan ceritanya dari tarian," katanya.

Senada, teman Ila yang bernama Lilis juga merasa kagum dengan penampilan wayang topeng Malang dan ingin kembali menontonnya. 

"Kalau aku baru pertama kali. Tadi tariannya keren banget, aku pengen nonton lagi karena ternyata sebagus itu," ujar Lilis. 

Baca juga:

Menurut kedua perempuan ini, kebudayaan seperti wayang topeng harus bisa dilestarikan khususnya oleh generasi muda. Salah satunya, kata mereka, dengan cara menyebarluaskan informasi di media sosial.

Ia menyampaikan, generasi muda bisa ikut membantu mempromosikan kebudayaan khas daerah Indonesia melalui media sosial pribadi. Dengan menyampaikan bahwa ada pertunjukan menarik dan penuh makna seperti wayang topeng, pengguna lain bisa melihat dan ikut tertarik menonton, jelasnya. 

"Kebudayan kayak begini harus dilestarikan, orang Indonesia harus sering menampilkan budaya lain dari provinsi kita, jadi nunjukin kalau 'Kita punya loh tarian kayak gini', yang orang luar negeri belum tau juga. Jadi harus dipromosikan terus," pungkas Ila. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com