Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wayang Topeng Malang yang Unik, Pertunjukan Tanpa Adegan Kekerasan

Kompas.com - 23/11/2022, 20:31 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pulau Jawa memiliki keaneragaman seni dan budaya yang kaya, termasuk salah satunya kesenian wayang topeng dengan ciri khasnya tersendiri. 

Sebagai informasi, kesenian ini dinamakan wayang karena ada dalang sebagai pemimpin pertunjukan.

Sementara, pemain atau wayangnya adalah seseorang yang mengenakan topeng dan mengikuti alur cerita sang dalang dengan diiringi musik.

Baca juga: Pentas Wayang Topeng Malang Digelar di TMII dan Diminati Generasi Muda

Adapun wayang topeng Malang memiliki keunikan karena mengandung nilai-nilai kehidupan, salah satunya tidak menyajikan adegan kekerasan. 

"Hampir dari seluruh kesenian tradisional yang tidak menampilkan adegan pembunuhan atau pertumpahan darah itu hanya wayang topeng," kata penari senior dari Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun, Hery Budianto kepada Kompas.com, Minggu (20/11/2022).

Ia membagikan sedikit kisah mengenai wayang topeng Malang, saat ditemui usai pergelaran Wayang Topeng Malang bertajuk "Umbul-Umbul Mojopuro".

Pertunjukan ini dibawakan Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Minggu (20/11/2022). 

Baca juga: Menjaga Wayang Orang Tetap Lestari di Kalangan Generasi Muda

"Umbul-Umbul Mojopuro" berkisah tentang Sang Panji Asmorobangun, putra pertama seorang Raja Jenggala yang berhak menggantikan sang ayah menjadi raja. Namun, ia harus melalui ujian atau sayembara terlebih dahulu.

Nilai dan sejarah wayang topeng Malang

Lebih lanjut, laki-laki yang sudah menari sejak tahun 1993 ini menyampaikan bahwa, selain anti kekerasan, wayang topeng juga termasuk kesenian yang sangat menghargai perempuan. 

"Kalau di kesenian lain misalnya Dewi Shinta diseret sama Rahwana, di wayang topeng itu enggak ada. Tokoh antagonisnya kalau mau menculik putri, putrinya itu diambil atau disihir, dimasukkan ke mahkotanya," terang Hery. 

Wayang Topeng Malang Umbul-Umbul Mojopuro yang digelar di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (20/11/2022) sore.KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Wayang Topeng Malang Umbul-Umbul Mojopuro yang digelar di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (20/11/2022) sore.

Hery menyebut, nilai-nilai yang ada dalam wayang topeng Malang merupakan perwujudan dari prinsip kehidupan nenek noyang di Jawa sejak zaman dahulu. 

Dikutip dari laman Kemendikbud, kesenian topeng sudah dikenal dan dimiliki oleh sebagian besar masyarakat di pelosok Nusantara dalam kurun waktu yang telah lama.

Baca juga: Wayang Topeng Jatiduwur di Jombang, Kesenian yang Diduga Peninggalan Majapahit

Topeng dipandang bukan hanya sekedar benda seni, melainkan awalnya dibuat sebagai penggambaran simbolis untuk menghormati roh nenek moyang.

"Kalau sejarahnya, topeng itu ada sejak jaman Kerajaan Kanjuruhan, Raja Gajayana. Sebelum Majapahit dan Singasari sudah ada. Lalu berkembang ke zaman Majapahit, digambarkan Hayam Wuruk juga seorang penari yang memakai topeng," kata Hery. 

Pada masa itu, topeng pertama dikatakan terbuat dari emas dan dikenal dengan istilah Puspo Sariro yang berarti bunga dari hati yang paling dalam. Topeng di zaman lampau juga merupakan tradisi kultural dan religiusitas.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com