Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang 26 Desember 2004 di Museum Tsunami Aceh

Kompas.com - 01/12/2022, 18:02 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Adapun museum rancangan Ridwan Kamil itu terbagi menjadi empat lantai. Di masing-masing lantai terdapat empat hingga lima zona. Namun, lantai paling atas ditutup untuk umum dan baru akan dibuka untuk evakuasi jika terjadi tsunami.

Pada kesempatan tersebut, ia turut memperkenalkan salah satu inovasi teranyar yang baru dihadirkan awal November 2022. 

Baca juga: 19 Oleh-oleh Khas Banda Aceh, dari Camilan hingga Pakaian Adat

Inovasi tersebut berupa layar lebar yang panjangnya hampir memenuhi seisi ruangan. Tidak ada lampu di ruangan tersebut kecuali cahaya dari layar.

Pada layar ditampilkan detik-detik terjadinya tsunami, mulai dari air laut yang surut terlebih dahulu sehingga ikan-ikan di pantai terlihat.

Tidak lama, air tersebut kembali mendekati layar. Gelombangnya tampak deras dan tampak nyata karena dilengkapi audio pendukung yang kencang. Lagi-lagi, di ruangan itu kami merasa merinding.

Nantinya, terjangan tsunami tersebut akan mencapai lantai sehingga pengunjung akan merasa seperti ikut tersapu gelombang.

Pengunjung berada di instalasi terbaru di Museum Tsunami, Banda Aceh, Selasa (29/11/2022).KOMPAS.com/ADITYO WISNU Pengunjung berada di instalasi terbaru di Museum Tsunami, Banda Aceh, Selasa (29/11/2022).

"Proyek ini belum sepenuhnya siap. Nanti gelombangnya akan sampai sini (kaki). Rencananya tahun depan," kata Mila.

Efeknya begitu nyata. Sehingga, kata Mila, museum tidak akan memaksa keluarga korban untuk masuk ke ruangan tersebut karena khawatir masih menyimpan trauma.

Baca juga: Mengenang Tsunami Aceh di Desa Wisata Gampong Ulee Lheue

Ia menambahkan, pihak museum akan terus menghadirkan inovasi baru agar orang-orang mau terus datang ke Museum Tsunami, sehingga peristiwa tersebut akan terus berada di dalam ingatan.

"Kami akan ciptakan terus (inovasi) agar generasi muda datang terus (ke museum). Kami terus bebenah dari tahun ke tahun."

"Gimana, ya. Kami berpikir kalau Museum Tsunami ini kan khusus. Kami mencari terus apa lagi nih supaya enggak vakum, supaya orang enggak lupa biar ada mitigasinya," kata Mila.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com