Setelah melalui berbagai hal, seluas 12,5 hektar kebun dikembalikan pada 1978.
Akibat perubahan iklim, luas, dan faktor lain, kebun milik Van Den Broeke yang tadinya bisa menghasilkan puluhan ton pala perbulan dengan 100 lebih pekerja, kini sudah berubah.
"Sekarang hanya 12,5 hektar kebun yang kembali ke keluarga Van Den Broeke sebagai kompensasi, dengan delapan pekerja," ungkapnya.
Baca juga: 6 Tips Liburan ke Banda Neira untuk Pemula, Perhatikan Musim
Kini, perkebunan pala tersebut selain diolah menjadi manisan, juga dibudidayakan untuk diambil minyaknya dan dijual ke sejumlah negara.
Tak sampai di situ, berbagai cobaan saat mengelola kebun pernah Pongky alami setelah menceritakan kependudukan Jepang berakhir.
Puncaknya, ketika menjadi korban serangan pada konflik horizontal di wilayah Ambon pada 1999.
Kala itu, ia dan keluarganya dicap penjajah karena dianggap keturunan Belanda.
Baca juga: 4 Hotel di Banda Neira, Ada yang Menghadap Laut dan Gunung Api
Namun, peristiwa itu tak lantas membuatnya meninggalkan tanah kelahiran dan perkebunan yang telah melalui sejarah panjang ratusan tahun.
Ia mengaku telah berdamai dan ingin terus melanjutkan amanah mendiang ayahnya untuk mengelola kebun pala.
"Perkebunan ini dibangun dengan penuh pengorbanan. Jadi harus dijaga dan dilestarikan, dirawat untuk seterusnya sampai ke anak cucu," tutur Pongky.
View this post on Instagram
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.