KOMPAS.com - Museum Katedral yang berada persis di belakang gereja Katedral Jakarta, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, menyimpan ratusan koleksi yang menjadi saksi masuknya agama Katolik Roma ke Tanah Air.
Diresmikan sejak 28 April 1991, hingga kini museum itu terbuka bagi siapa saja yang ingin mengunjunginya, baik umat katolik maupun agama lain.
Baca juga:
"Museum ini diresmikan pada 28 April 1991, dan sejak itu memang dibuka untuk umum, tanpa biaya masuk," kata Kepala Museum Katedral Jakarta sekaligus Humas Gereja Katedral dan Keuskupan Agung Jakarta Susyana Suwadie kepada Kompas.com, Jumat (2/12/2022).
Namun akibat pandemi Covid-19 yang merebak pada 2020, museum sempat tutup sementara. Lalu, per 5 Juli 2022, Museum Katedral kembali dibuka dengan membatasi jumlah pengunjung, hanya 25 orang saja dalam satu kali kunjungan.
Secara keseluruhan, museum yang terdiri dari dua lantai ini dibagi dalam sembilan ruang atau zona, guna mempermudah alur kunjungan.
Zona pertama, yakni Zona Ruang Penerima, berisi penjelasan seputar sosok Pastor Rudolphus Kurris sebagai pendiri Museum Katedral, sekaligus kepala paroki pertama Gereja Katedral Jakarta.
Di ruang ini pengunjung bisa melihat beberapa barang peninggalan sang pastor dalam sebuah etalase, seperti jubah dan mesin tik.
Zona kedua ialah Zona Panorama Sejarah. Pengunjung bisa menonton tayangan singkat berdurasi 11 menit seputar kisah pendirian gereja katolik, serta bagaimana agama Katolik dibawa masuk para misionaris ke Indonesia, sampai ke masa keuskupan saat ini.
Berikutnya, sambil berjalan melewati lorong, pengunjung bisa membaca cerita masa demi masa selayang pandang sejarah masuknya agama katolik di timur Indonesia sampai periode cikal bakal terjadinya sebuah Keuskupan Agung Jakarta.
Baca juga: 7 Tradisi Perayaan Natal Unik Dunia, Pakai Sepatu Roda saat Kebaktian
"Agar orang mengerti, bagaimana perkembangan agama Katolik Roma yang berpusat di Vatikan itu berada di Indonesia, khususnya Keuskupan Agung Jakarta ini," ujar Susy.
Lalu, ada pula Zona Gereja Bawah Tanah yang mengisahkan masa sebelum ada gembala atau pemimpin jemaat, sehingga ibadah dilakukan sembunyi-sembunyi dari Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang berkuasa saat itu.
Dijelaskan bahwa perusahaan dagang Belanda ini membawa agama Protestan dan menekan penyebaran agama katolik, serta melarang adanya kegiatan ibadah umat katolik di seluruh daerah kekuasaannya.
Melangkah sedikit, pengunjung akan memasuki Zona Prefektorat, Vikariat dan Episkopat. Terdapat foto para pemimpin dari ketiga periode tersebut dengan sekilas latar belakang kehidupan masing-masing tokoh.
Lalu ada Zona Koleksi Katedral, yang menceritakan khusus pendirian Gereja Katedral Jakarta pada 121 tahun lalu, mulai dari sejarahnya, buku baptis pertama para umat, hingga buku pemberkatan pernikahan pertama.
Baca juga: Chillax Sudirman, Tempat Nongkrong Baru di Jakarta Selatan
Kemudian ada Ruang Mini Teater berkapasitas 40 orang, untuk melihat film-film rohani terkait agama katolik.