Berikut sejumlah makna filosif motif batik parang seperti dihimpun Kompas.com.
Bani mengatakan makna filosofis batik parang adalah bentuk penghormatan raja-raja Jawa kepada leluhurnya. Asal batik parang adalah pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo, guna menghormati leluhurnya yakni Panembahan Senapati.
Bani mengatakan, motif batik parang merupakan simbol perjuangan Panembahan Senapati saat melakukan tirakat di pantai selatan Yogyakarta.
“Hingga akhirnya, Panembahan Senapati mendapatkan ilham dan keberanian untuk mendirikan Kerajaan Mataram,” imbuhnya.
Baca juga: Harus Tahu, Serba-serbi Motif Batik Daerah di Indonesia
Mengutip dari laman Indonesia Travel, makna filosofis batik parang adalah nilai sekaligus petuah agar manusia tidak mudah menyerah terhadap segala yang terjadi dalam kehidupan.
Pola garisnya yang saling berkesinambungan menggambarkan konsistensi manusia dalam memperbaiki diri dari waktu ke waktu dan pantang menyerah untuk mencapai kesejahteraan.
Selain itu, motif batik parang upaya manusia terus memperbaiki hubungan dengan Tuhan, alam, maupun sesamanya.
Mengutip dari laman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, ada dua versi makna filosofis motif batik parang.
Versi pertama, motif ini berasal dari bentuk pedang para ksatria dan penguasa saat berperang. Ksatria yang mengenakan motif ini diyakini kekuatannya bisa berlipat ganda.
Baca juga: Makna Motif Batik Mega Mendung Khas Cirebon
Versi lain mengatakan, motif batik parang ini diciptakan Panembahan Senapati saat mengamati gerak ombak laut Selatan yang menerpa karang di tepi pantai.
Jadi, pola garis lengkung pada motif batik parang bermakna ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam.
Motif batik parang juga mengandung makna filosofis kedudukan raja. Komposisi miring pada motif batik parang ini, menjadi lambang kekuasaan, kebesaran, kewibawaan, dan kecepatan gerak.
Baca juga: Ragam Motif Batik Betawi dari Berbagai Zaman
Beragam makna filosofis motif batik parang tersebut, membuat pemakaiannya terikat dengan aturan-aturan tertentu, sehingga tidak semua orang boleh memakainya atau disebut sebagai awisan dalem di Keraton Yogyakarta.
Bani menjelaskan, motif batik parang merupakan batik yang khusus digunakan oleh para raja. Oleh sebab itu, masyarakat umum tidak boleh sembarangan menggunakan motif batik parang utamanya saat berada di area keraton.
“Batik parang atau lereng dilarang digunakan masyarakat biasa karena merupakan batik yang dikhususkan untuk raja ketika berada di penghadapan,” tandasnya.
Baca juga: Makna Pengorbanan pada Motif Batik Kopi Pecah Banyuwangi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.