Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Merunut Jejak Sejarah dengan Wisata di Kotabaru

Kompas.com - 20/12/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dari segi bahasa, hampir semua tulisan di panel simetri segi delapan pada nisan tersebut berbahasa Arab berupa doa, zikir, dan ayat Al Quran yang menggunakan bahasa Arab.

Demikian juga dengan tata letak inskripsi, pada umumnya diletakkan di sekeliling nisan (Jejakrekam.com, 29 Mei 2018).

Menurut Mansyur Sammy, staf pengajar Program Studi Sejarah Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, dari nisan sebetulnya bisa digunakan sebagai patokan untuk melacak kedalaman sejarah.

Mengingat usia nisan yang cukup tua dan kondisinya yang mulai lapuk, pada inskripsi batu nisan Adji Pati Pangeran Agung tidak terdapat tulisan-tulisan yang berisikan riwayat kematian seperti hari, tanggal, bulan dan tahun wafat. Padahal, tulisan-tulisan tersebut sangat penting artinya karena dari rekaman itu diperoleh catatan sejarah yang sahih.

Inskripsi pada beberapa panel pada makam Aji Pati Pangeran Agung umumnya juga rusak dan tidak bisa terbaca lagi.

Keunikan dan keindahan tulisan pada batu nisan tersebut juga tampak pada teknik penulisannya, yakni semua tulisan pada makam dibuat melalui teknik pahatan timbul sehingga menghasilkan ritme dan dimensi kedalaman. Selain itu, keindahan atau nilai-nilai estetis tercermin dalam kandungan makna tulisan yang mengandung unsur sufisme.

Tulisan itu juga memaparkan pemikiran yang menceminkan zamannya, di samping nilai seni dan kepiawaian yang sangat tinggi. Melalui epigrafi itu pula, diperoleh informasi bahwa sejak dahulu agama dan ajaran Islam telah dianut di wilayah Bangkalaan Melayu. Catatan yang terekam pada batu nisan tersebut, juga telah menjadi bukti sejarah yang sekaligus sebagai bukti kepiawaian serta ketinggian daya imajinasi dan kreativitas seniman lokal masa kerajaan Bangkalaan sekitar abad ke-19.

Wisata Religi Andalan Kotabaru

Keberadaan makam Raja Cantung di Banua Lawas, Kecamatan Kelumpang Hulu yang memiliki keterkaitan erat dengan Pangeran Agung, dan makam Raja Sigam di Pulau Laut menjadi bukti Kabupaten Kotabaru di Kalimantan Selatan begitu “kaya” dengan artefak-artefak sejarah kebesaran Nusantara.

Bupati Kotabaru, Sayed Jafar Alaydrus begitu menyadari keberadaan cagar budaya yang terserak di berbagai wilayahnya dan belum mendapat “sentuhan” dari pemerintah pusat. Dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki daerah, Sayed memberi prioritas pada situs-situs bersejarah yang butuh penyelamatan segera.

Walau memiliki potensi sumber tambang, Sayed menyadari suatu saat kandungan bahan tambang akan menyusut dan habis dari daerahnya. Masyarakat hanya akan menunai bencana dan kerusakan alam akibatnya eksploitasi pertambangan.

Akan tetapi, jika pariwisata berbasis alam, pariwisata religi dan pariwisata budaya yang dikembangkan maka Kotabaru akan mendapat “bonus” yang berkesinambungan. Harus diakui, pariwisata pada saat ini merupakan suatu kebutuhan manusia baik yang melakukan perjalanan wisata maupun masyarakat di sekitar daerah tujuan wisata.

Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat sekitar lokasi berharap akan mendapatkan implikasi positif berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Fenomena ini “ditangkap” Sayed Jafar Alaydrus dengan mengambil lankah-langkah nyata guna mengoptimalkan akselerasi kebudayaan dan pariwisata di Kotabaru dalam upaya menyejahterakan masyarakat, membuka lapangan kerja, memberantas kemiskinan dan memeratakan pembangunan.

Di bulan- bulan tertentu, kunjungan wisatawan asal daerah-daerah lain di Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Sumaterayang melakukan ziarah atau acara haul ke makam-makam bersejarah ke Kotabaru melonjak seiring dengan semakin melonggarkan aturan pembatasan perjalanan setelah landainya angka penyebaran Covid-19.

Obyek wisata religius yang dikembangan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kotabaru tentunya dipilih dan dipilah sesuai kemampuan anggaran daerah dengan menerapkan skala prioritas. Selain memiliki kekuatan sebagai penggerak perekonomian yang luas, tentunya revitalisasi obyek wisata religius tidak semata-mata terkait dengan peningkatan kunjungan wisatawan namun lebih pentingnya lagi adalah pengembangan pariwisata yang mampu membangun semangat kebangsaan, apresiasi terhadap kekayaan seni budaya bangsa dan toleransi antar umat beragama.

Dengan berbasis pada agribisnis dan pariwisata, Kotabaru di bawah kepemimpinan Bupati Sayed Jafar Alaydrus benar-benar menghela sektor pariwisata di semua lini. Kemudahan koneksitas transportasi udara baik dari Banjarmasin maupun dari Makassar membuat Kotabaru kini menjadi alternatif tujuan wisata di Kalimantan yang paling menarik.

Sepanjang tahun 2023, sudah teragendakan 23 event kolosal pentas seni, kegiatan budaya, ajang olahraga dan festival berskala nasional. Jangan heran jika kini para kepala daerah dari berbagai daerah, kerap melakukan studi banding pengembangan pariwisata ke Kotabaru.

Tidak salah jika Kabupaten Kotabaru memiliki motto “Sa-Ijaan”. Untuk keindahan alam, untuk keagungan budaya dan saratnya nilai-nilai religi dari peninggalan bersejarah serta untuk toleransi kehidupan warganya begitu semufakat, satu hati dan se-iya sekata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com