Jerman sering disebut sebagai negara sumber pohon Natal, tepatnya di wilayah Alsac pada abad ke-16. Wilayah tersebut kemudian menjadi bagian dari Perancis.
Pada tahun 1539, pohon Natal ditanam di Strasbourg Cathedral (Katedral Strasbourg). Tradisi itu pun menjadi populer, bahkan sempat ada larangan menebang pohon untuk Natal pada tahun 1554.
Terdapat beragam alasan mengapa pohon digunakan saat Natal. Salah satunya adalah kepercayaan bahwa pohon Natal terinspirasi dari pohon surga, lambang dari Taman Eden yang muncul dalam drama abad pertengahan tentang Adam dan Hawa.
Dalam drama tersebut, dikatakan bahwa sejenis pohon cemara (fir) digantung dengan buah apel.
Baca juga:
Ada pula yang meyakini bahwa pohon Natal merupakan perubahan dari piramida Natal. Dilansir dari National Geographic, Kamis (22/12/2022), piramida Natal adalah benda dari kayu yang dihiasi beragam dahan cemara dan patung sejumlah tokoh agama.
Sementara itu, salah satu sosok yang diyakini sebagai orang pertama yang menerangi pohon Natal adalah Martin Luther, pembaru Protestan pada abad ke-16.
Pada waktu itu, Luther dikatakan tengah berjalan pulang ketika ia melihat gemerlap bintang di antara pepohonan cemara. Setibanya di rumah, ia pun merangkai lilin di pohon Natal agar keluarganya turut melihat apa yang ia saksikan.
Pada abad ke-18, pohon Natal dinilai telah menyebar ke seluruh penjuru Eropa.
Pohon Natal menjadi populer di Inggris, salah satunya berkat ilustrasi Ratu Victoria dan Pangeran Albert. Untuk diketahui, Pangeran Albert lahir di Jerman.
Pada tahun 1848, majalah mingguan The Illustrated London News merilis ilustrasi Ratu Victoria, Pangeran Albert, dan keluarga mereka mengelilingi pohon Natal.
Baca juga: Jadwal Cuti Bersama Natal 2022 dan Tahun Baru 2023
Pohon tersebut dihiasi aneka mainan, pita, lilin, dan benang. Di bawahnya juga terlihat beragam hadiah dan mainan.
Pada waktu itu, Ratu Victoria dikenal sebagai salah satu trendsetter atau penentu tren. Alhasil, pohon Natal pun menjadi semakin dikenal luas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.