KOMPAS.com - Pembangunan proyek kereta gantung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), sempat menuai polemik. Salah satunya karena dianggap dapat merusak ekosistem flora dan fauna di kawasan tersebut.
Menanggapi hal itu, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Dedy Asriadi mengatakan bahwa para pendaki tidak perlu khawatir.
Baca juga:
"Pembangunan kereta gantung berada di luar kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), bukan di dalam kawasan TNGR," kata Dedy saat dihubungi Kompas.com, Jumat (30/12/2022).
Lebih rinci, pembuatan kereta gantung Rinjani dan fasilitas penunjangnya akan dibangun di atas kawasan hutan seluas 500 hektar, seperti disampaikan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB.
"Tempat bikin kereta gantung ada sekitar 500 hektar itu," kata Kepala DPMPTSP NTB Mohammad Rum, dikutip dari Kompas.com pada Rabu (21/12/2022).
Rum menyebutkan, pembangunan fasilitas yang menelan anggaran Rp 2,2 triliun itu dilakukan di luar kawasan TNGR.
Baca juga: 5 Desa Wisata di Lombok untuk Liburan, Tawarkan Wisata Alam
Lokasi puncak pemberhentian kereta gantung terletak sekitar dua kilometer di bawah Pos Pelawangan Rinjani.
"Kalau dari pelawangan kan itu datar, nanti kalau ingin melihat danau ya harus berjalan kaki, itu sekitar 2-3 kilometer ke Danau Segara Anak," kata Rum.
Menurutnya, selain kereta gantung sepanjang sembilan kilometer dari Karang Sidemen menuju TNGR, fasilitas itu akan dilengkapi dengan resor dan sejumlah spot wisata.
Adapun peletakan batu pertama pembangunan kereta gantung yang berada di Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, telah dimulai pada Minggu (18/12/2022).
Baca juga: Itinerary 2 Hari 1 Malam di Lombok, ke Pantai hingga Sirkuit Mandalika
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah meminta masyarakat tidak takut berlebihan terhadap pembangunan kereta gantung Rinjani di Desa Karang Sidemen.
"Soal lingkungan, tidak selama pembangunan merusak lingkungan, seperti yang ada di China. Waspada dan hati-hati ya, tapi kita tidak perlu paranoid, seolah-olah modernitas salah dan harus kita tolak," kata Zul, dikutip dari Kompas.com, Rabu (21/12/2022).
Baca juga:
Ia juga tidak memungkiri perdebatan pro dan kontra pembangunan kereta gantung Rinjani. Hal itu, kata Zul, terjadi karena kurangnya sosialisasi tentang pembangunan sehingga menyebabkan miskomunikasi.
Kendati demikian, ia menyebut pihaknya agar terus memperbaiki jika nantinya ada kekurangan, dan meminta masyarakat tidak gaduh terlebih dahulu.
Dihubungi terpisah, sebelumnya Zul sempat menyampaikan bahwa kereta gantung dapat menjadi solusi untuk pengunjung yang ingin menikmati pemandangan Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak tanpa perlu melakukan pendakian.
Hal ini dinilai akan menguntungkan orang-orang yang secara fisik tidak bisa melakukan pendakian ke Gunung Rinjani.
Baca juga: Kota Batu Akan Punya Kereta Gantung Wisata, Sajikan Panorama Pegunungan
Zul menilai, pembangunan kereta gantung akan memudahkan para wisatawan berusia lanjut atau dengan keterbatasan fisik yang ingin menikmati keindahan alam yang ada.
“Orang tua juga ingin melihat bukit-bukit itu, karena kalau disuruh mendaki kan tidak semua kuat yang umur 60-70 tahun,” ungkap Zul, dikutip dari Kompas.com, Minggu (18/12/2022).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.