Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/01/2023, 08:07 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

 

Tepat di depan pajangan sepatu, terdapat empat tiang kokoh di bagian tengah ruangan yang dihiasi relief.

Menurut keterangan Martin, relief yang menghiasi bangunan ini dulunya masih berwarna hitam karena tertutup debu. Barulah setelah dilakukan restorasi dan pembersihan, warna asli relief muncul kembali.

"Relief ini masih asli sejak dibangun pada 1407. Dulu, relief ini merupakan sebuah batu besar yang diangkat ke atas, dipahat, lalu ditempel dengan keramik-keramik pecah," jelas Martin.

Baca juga: 4 Pilihan Museum di Jakarta untuk Berlibur Bersama Anak

Tidak jauh dari tiang-tiang relief, terdapat sebuah ranjang pengantin lengkap dengan bantal yang digunakan untuk tidur.

Ranjang tersebut terbuat dari kayu, dan bantal yang digunakan terbuat dari anyaman rotan yang dibentuk seperti balok. 

Jangan bayangkan ranjang empuk dengan tumpukan kapuk ataupun busa layaknya di rumah masyarakat saat ini, karena ranjang yang digunakan hanya berupa alas kayu semata.

Baca juga: 8 Motif Batik Betawi dari Jakarta yang Bernilai Sejarah dan Budaya

Di atas ranjang pengantin terdapat pernak-pernik pakaian yang dulu digunakan untuk acara pernikahan.

"Pernikahan peranakan Tionghoa itu bersentuhan dengan budaya Betawi. Ini dapat dilihat dari warna pakaian pengantin yang kontras," kata Martin.

Sebagai musik iringan saat pernikahan, peranakan Tionghoa dulu menggunakan musik gambang kromong. 

Belajar kaligrafi

Potret tim Kompas.com mencoba teknik dasar kaligrafi tionghoa.DOK. KOMPAS.COM/ SUCI WULANDARI PUTRI CHANIAGO Potret tim Kompas.com mencoba teknik dasar kaligrafi tionghoa.

Usai berkeliling melihat isi museum, saya kembali menuruni anak tangga menuju lantai satu.

Baru setengah perjalanan menapaki anak tangga, dari lantai dua  saya dapat melihat beberapa orang paruh baya sedang tekun melukis menggunakan tinta cina.

Baca juga: Libur Imlek 2023 Tanggal Berapa?

Melihat keberadaan saya, seorang bapak yang ada di sana memanggil saya untuk turut ikut serta melihat mereka melukis.

"Ini namanya kaligrafi tionghoa," kata salah satu peserta melukis bernama Udaya Titih kepada Kompas.com pada Rabu (11/01/2023).

Di sana saya dijelaskan perihal metode lukis kaligrafi, jenis tulisan yang dilukis dengan tinta cina, serta jenis-jenis kuas yang digunakan.

Baca juga: Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang 2023 Bakal Meriah, Ada Apa Saja?

Terdapat tiga orang peserta melukis kaligrafi di Museum Benteng Heritage hari itu, ditambah satu orang guru yang tidak ingin disebut namanya.

Kuas yang digunakan untuk melukis kaligrafi tionghoa.DOK. KOMPAS.COM/ SUCI WULANDARI PUTRI CHANIAGO Kuas yang digunakan untuk melukis kaligrafi tionghoa.

Tidak hanya diajarkan secara teori, beruntungnya saya juga diberi kesempatan untuk mencoba mempraktikkan teknik-teknik dasar dalam membuat kaligrafi Tionghoa.

"Belajar ini (kaligrafi tionghoa), bagi saya memberi tabungan rasa kepada diri sendiri," ujar Titih.

Cukup lama waktu yang saya habiskan di dalam Museum Benteng Heritage, yakni sekitar dua jam lebih.  

Baca juga: 5 Dekorasi Imlek Ini Diyakini Bawa Keberuntungan di Rumah

Saat bersiap akan pulang, saya juga diberi hadiah oleh guru kaligrafi di sana berupa tulisan nama saya yang dilukis menggunakan kuas dan tinta Cina di atas sebuah kertas berukuran cukup besar.

Ibarat pepatah, "sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui", kunjungan saya ke Museum Benteng Heritage hari itu memberikan saya pengalaman hebat yang tidak pernah saya kira.

Tidak hanya bisa belajar seputar sejarah peranakan Tionghoa dan kaligrafi, saya juga mendapat oleh-oleh yang akan saya figura dan saya pajang di dinding rumah nantinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com