Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Boleh Melakukan Ciam Si? Ramalan ala China Kuno

Kompas.com - 21/01/2023, 19:07 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ciam si merupakan tradisi ramalan ala masyarakat China kuno yang saat ini masih ditemukan pada setiap kelenteng.

Lalu, adakah aturan dan waktu khusus untuk melakukan ciam si dan berapa lama harus menunggu jika ingin melakukan ciam si lagi?

Doni, salah satu pengurus Vihara Hok Tek Tjeng Sin di Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengatakan bahwa ciam si boleh dilakukan oleh siapa saja dan tidak terbatas bagi masyarakat keturunan Tionghoa saja.

Baca juga:

"Enggak ada (ketentuan khusus). Buat yang mau ciam si, langsung saja datang," kata dia kepada Kompas.com, Kamis (19/1/2023).

Adapun terkait ramalan dan hasil yang diperoleh oleh pemohon, kata Doni tidak memiliki masa berlaku, semua tergantung pada keyakinan pemohon.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Misal, pemohon ingin mengetahui jawaban untuk di tahun baru, atau justru untuk keberlangsungan hidupnya.

"Ciam si bisa kapan aja, hasilnya juga nggak ada waktu tertentu, kalau ciam si bisa menyampaikan keinginan sama yang ingin diketahui, ada yang mau tau jodohnya, minta apa aja kan mereka (pemohon) yang tau," tutur Doni.

Cara melakukan ciam si

Ciam si tersedia di kelenteng mana pun dan bisa dilakukan sendiri oleh pemohon, asal tidak berlandaskan rasa coba-coba atau iseng saja. Jangan lupa izin dulu pada petugas kelenteng di lokasi.

Apabila memerlukan bantuan menerjemahkan maksud pesan yang didapat usai ciam si, bisa meminta bantuan pada petugas kelenteng setempat.

Adapun media yang digunakan ialah berupa batang-batang bambu kecil panjang yang diletakkan dalam wadah gelas bambu warna merah.

Baca juga: 4 Tempat Wisata di Bogor Bernuansa China, Cocok buat Libur Imlek

Setiap batang ini ditandai nomor pada salah satu permukaannya. Jumlah batang bambu di masing-masing vihara pun beragam. Ada yang 30, 60, dan 100.

Di Wihara Hok Tek Tjen Sin, jumlahnya adalah 30 batang. Selain itu, ada pula dua potongan kayu berbentuk setengah oval yang disebut siao poe. Inilah yang harus dilempar begitu membuat permohonan.

Siao poe dan media bambu untuk Ciam Si, di Vihara Hok Tek Tjeng Sin, Tanah Abang, Jakarta Pusat.Kompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Siao poe dan media bambu untuk Ciam Si, di Vihara Hok Tek Tjeng Sin, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

"Pokoknya posisi jatuh siao poe harus berlawanan agar sah, yang satu telungkup, satunya harus telentang. Kalau keduanya telungkup atau keduanya terlentang, itu harus diulang melemparnya," terang Doni.

Sembari menyampaikan keinginan, siao poe pun dilempar. Dengan posisi satu telungkup dan satu telentang, artinya dewa/dewi menyetujui langkah selanjutnya.

Baca juga: Malam Imlek 2023 di Lampion Pasar Gede, Ada Pementasan dan Pesta Kembang Api

Di Vihara Hok Tek Tjeng Sin, permohonan disampaikan kepada Dewi Kwan Im. Usai melempar siao poe, adalah mengocok batang-batang bambu yang ada di dalam gelas bambu, hingga salah satu batang terlempar ke luar gelas.

Langkah terakhir, silakan cek nomor yang tertera pada batang, dan ambillah kertas berisi pesan yang tersimpan dalam laci sesuai nomor yang tertera di batang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com