Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Stasiun Jatinegara, Beroperasi sejak Tahun 1910

Kompas.com - 26/01/2023, 10:16 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

 

Ada beberapa pendapat tentang nama "Jatinegara". Ada yang menyebut hal itu karena perubahan nama terjadi pada zaman penjajahan Jepang. Jepang menganggap nama "Meester" terlalu berbau Belanda.

Ada pula pendapat bahwa nama Jatinegara diberikan karena di daerah tersebut terdapat banyak hutan jati.

Baca juga: Cara Naik Kereta Api Jarak Jauh, Jangan Bingung

Pendapat lainnya menyebut Jatinegara berasal dari kata "Negara Sejati", sebutan yang dipopulerkan oleh Pangeran Jayakarta.

Perubahan nama daerah itupun berdampak terhadap perubahan nama stasiun menjadi Stasiun Jatinegara, hingga saat ini.

4. Mengadopsi arsitektur bergaya peralihan

Hingga hari ini, bahkan saat revitalisasi sudah dilakukan, bangunan lama Stasiun Jatinegara masih dipertahankan dan tampak jelas.

Bangunannya mengadopsi gaya peralihan antara Indische Empire dengan gaya Kolonial Modern yaitu gaya arsitektur Eropa.

Ini ternyata dilakukan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di Indonesia.

Baca juga: Menilik Sejarah Stasiun Gambir, Awalnya Hanya Bangunan Kecil 

Secara detail, atap dengan kemiringan tajam yang diadopsi merupakan bentuk atap rumah Eropa, di mana kemiringan atap diatur sedemikian rupa untuk mengalirkan air hujan.

Sementara bidang-bidang bukaan seperti pintu, jendela, serta jendela atap yang lebar-lebar ditujukan untuk pencahayaan alami dan penghawaan silang. Disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia yang lembap.

Stasiun Jatinegara di Jakarta Timur termasuk salah satu bangunan cagar budaya.SHUTTERSTOCK Stasiun Jatinegara di Jakarta Timur termasuk salah satu bangunan cagar budaya.

Bangunannya tampak tidak simetris, tetapi memiliki penekanan pada bagian tengah sebagai vocal point, melalui ukuran ruang dan ketinggian bangunan yang terlihat lebih menonjol.

Baca juga: Kereta Api Alami Keterlambatan, Penumpang Dapat Kompensasi?

Bagian tengah bangunan tersebut merupakan pintu masuk, hall, dan tempat penjualan karcis. Meski tidak simetris, namun terlihat penekanan dengan penempatan penonjolan bangunan dan kanopi, serta cupola para puncak atap.

Adapun cupola di puncak atap adalah sentuhan estetis ynag menandakan area tersebut sebagai vocal point. Zaman dulu, cupola semacam ini kadang-kadang dipasangi lentera di dalamnya.

Namun kini, bangunan stasiun tampak lebih megah terutama jika dilihat dari depan. Ini karena telah dilakukan revitalisasi yang menambah bangunan modern di belakang bangunan asli Stasiun Jatinegara.

Baca juga: Kenali Tipe Kereta Api Ekonomi dan Perbedaannya  

5. Terintegrasi dengan Transjakarta

Pada awal Januari 2023, telah resmi dibuka halte Transjakarta yang terintegrasi langsung dengan Stasiun Jatinegara.

Dengan begitu, penumpang yang akan masuk atau keluar dari stasiun dan menggunakan moda transportasi tersebut tidak perlu keluar untuk naik bus Transjakarta.

Halte ini melayani beberapa rute Transjakarta, seperti Kampung Melayu, Bukit Duri, Pulogebang, dan Rawa Bebek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com