Lama pelaksanaan babukung biasanya dilakukan selama hitungan kelipatan ganjil, seperti tiga hari, lima hari, dan tujuh hari setelah hari kematian.
"Semakin berada keluarga yang berduka, semakin lama tradisi ini dilakukan," ujar Meigo.
Baca juga: Tiwah, Rukun Kematian Penuh Kebahagiaan
Setelah tarian selesai dilakukan di halaman rumah maka setiap penari akan masuk ke dalam rumah duka dan menyerahkan bantuan.
Setelah memberikan bantuan, si penari akan pulang, berganti pakaian, kembali ke rumah duka dengan pakaian berbeda tanpa memakai topeng.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau Yuano mengatakan, babukung dilakukan guna membantu dan menghibur keluarga yang sedang berduka.
Penggunaan topeng saat melakukan tarian dan pemberian beras pun punya makna tersendiri.
Selain bernilai dalam bentuk estetika, topeng yang dikenakan saat tarian babukung berguna untuk menutupi wajah orang yang memberi bantuan.
"Kalau pakai topeng, orang tidak tau siapa yang memberi bantuan, karena mereka (yang memberi bantuan) tidak mau dibalas. Jadi ketika membantu, dia tulus dan ikhlas, di situ nilai persaudaraannya," terang Yuano.
Selain nilai persaudaraan, babukung juga menyimpan makna gotong royong dan empati terhadap keluarga yang sedang berduka.
Baca juga: Rambu Solo, Pesta Kematian yang Meriah