Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelenteng Hok Tek Tjengsin, Tempat Ibadah 3 Agama di Kuningan Jakarta

Kompas.com - 02/02/2023, 20:07 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidak banyak yang tau bahwa Kelenteng Hok Tek Tjengsin atau Vihara Amurva Bhumi merupakan salah satu rumah ibadah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17.

Saat Tim Kompas.com mengikuti kegiatan jelajah rute kawasan Kuningan bersama Jakarta Good Guide (JGG) pada Minggu (29/1/2023), Kelenteng Hok Tek Tjengsin menjadi salah satu tempat yang menarik perhatian.

Bukan karena bentuk dan warnanya yang mencolok, tetapi karena kelenteng ini tidak hanya menjadi rumah ibadah satu agama, melainkan tiga agama sekaligus. 

Baca juga:

Berasal dari nama gubernur

Pemandu JGG Bayu menceritakan, nama "Hok Tek Tjengsin" pada kelenteng diambil dari nama salah seorang gubernur bernama "Hok Tek Tjengsin" yang pernah menjabat di dataran China sekitar tahun 100-an Masehi.

"Hok Tek Tjengsin ini membawa masyarakat kepada kemakmuran selama menjabat sebagai gubernur," kata Bayu kepada Kompas.com pada Minggu (29/1/2022).

Baca juga:

Makmurnya masyarakat China pada masa pemerintahan Hok Tek Tjengsin membuat sebagian besar masyarakat percaya bahwa ia adalah seorang dewa.

Alhasil, keturunan China di Kuningan menyematkan nama Hok Tek Tjengsin sebagai nama kelenteng. 

"Referensi seputar Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin termasuk sulit ditemukan, tetapi ada satu sumber yang mengarahkan bahwa kelenteng ini hadir berbarengan dengan Masjid Hidayatullah sejak abad ke-17," jelas Bayu.

Ilustrasi hio, lidi yang dibakar saat beribadah di kelenteng.Shutterstock Ilustrasi hio, lidi yang dibakar saat beribadah di kelenteng.

Kata Bayu, pada zaman dahulu masyarakat dinilai cukup mudah dalam memberi nama pada suatu tempat ataupun jalan. 

"Karena daerah di sekitar kawasan kelenteng ini dulu dikenal dengan keberadaan kelenteng Hok Tek Tjengsin, maka nama tersebut juga dipakai untuk nama jalan dan daerah," katanya.

Namun seiring berjalanya waktu dan perkembangan zaman, nama yang semula menggunakan ejaan "Tjengsin" kemudian berubah pelafalan menjadi "Tengsin".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com