KOMPAS.com - Stasiun Jakarta Kota merupakan salah satu stasiun kereta rel listrik (KRL) atau commuter line yang ikonik. Stasiun pemberhentian akhir ini, berada di kawasan wisata Kota Tua, yang populer di kalangan wisatawan.
Setiap hari, Stasiun Jakarta Kota dipenuhi calon penumpang KRL yang didominasi pengguna KRL relasi Jakarta Kota – Bogor.
Baca juga: 5 Fakta Stasiun Jatinegara, Beroperasi sejak Tahun 1910
Di balik ramainya penumpang KRL yang memadati Stasiun Jakarta Kota, ternyata ada sejumlah fakta menarik mengenai stasiun ini. Stasiun Jakarta Kota merupakan saksi sejarah perkembangan sistem perkeretapian di ibu kota.
Berikut sejumlah fakta Stasiun Jakarta Kota seperti dihimpun Kompas.com dari laman KAI Heritage.
Ternyata, Stasiun Jakarta Kota merupakan stasiun kereta api terbesar di Indonesia, berdasarkan informasi dari laman KAI Heritage.
Stasiun ini mempunyai ketinggian 4 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan 12 jalur kereta api. Sementara, luasnya mencapai sekitar 325 hektar.
Baca juga: 4 Fakta Sejarah Stasiun Bogor, Cagar Budaya yang Berusia 142 Tahun
Stasiun Jakarta Kota memiliki nama lain yakni Stasiun Beos, yang merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij atau Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur.
Selain itu, Stasiun Jakarta Kota juga disebut sebagai Batavia Zuid, yang berarti Stasiun Batavia Selatan.
Nama ini muncul pada akhir abad ke -19, karena Batavia (kini Jakarta), memiliki stasiun kereta api Batavia Noord atau Batavia Utara yang yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang dan Batavia Zuid atau Batavia Selatan.
Baca juga: Sejarah Stasiun Pasar Senen, Punya Terowongan Peron Pertama di Indonesia
Stasiun Jakarta Kota mulanya dibangun sekitar 1870, kemudian ditutup pada 1926 untuk renovasi menjadi bangunan sekarang. Renovasinya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi mulai digunakan pada 8 Oktober 1929.
Menariknya, acara peresmian Stasiun Jakarta Kota digelar secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral JHR. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada zaman Hindia Belanda periode 1926 – 1931.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.