Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pramono Dwi Susetyo
Pensiunan

Pemerhati masalah kehutanan; penulis buku

Destinasi Wisata Super Prioritas dan Potensi Taman Nasional

Kompas.com - 15/02/2023, 14:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, Selasa (14/2/2023) mengatakan, target kunjungan wisatawan, khususnya wisata mancanegara (wisman), di Indonesia tahun 2022 tumbuh dan meningkat pesat setelah dihantam pandemi Covid-19 tahun-tahun sebelumnya. Dari target 3,5 juta kunjungan wisman, ternyata telah terlampaui dan mencapai lebih dari 5 juta wisman.

Hampir 50 persen wisman berkunjung Bali yang memang sudah ikonik dan mendunia. Sisanya, berkunjung ke obyek wisata yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) yang telah ditetapkan pemerintah sejak tahun 2021. Lima DPSP tersebut adalah Danau Toba di Sumatra Utara (Sumut), Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT), Mandalika di Nusa Tenggara Barat (NTB), Borobudur di Jawa Tengah (Jateng), dan Likupang di Sulawesi Utara (Sulut).

Dengan berstatus DPSP, infrastruktur pendukung di daerah-daerah itu harus dibenahi. Dari jalan, jembatan, dermaga penyeberangan, hotel, restoran hingga bandara yang harus diperluas dan diperpanjang landasan pacunya agar mampu didarati pesawat bermesin jet untuk mengangkut penumpang lebih banyak.

Baca juga: Fasilitas Niang Komodo di Pulau Rinca Diresmikan, Sumber Info Wisata dan Edukasi

Perubahan seperti, misalnya, tampak di Taman Nasional (TN) Komodo yang merupakan kawasan konservasi dan salah satu kawasan pelestarian alam (KPA) yang tunduk dan diatur Undang-Undang (UU) Nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. TN Komodo beberapa tahun terkahir ini dikembangkan secara inovatif baik oleh pemda setempat maupun pemerintah pusat.

Labuan Bajo menjadi pintu utama dan sekaligus daerah penyangga masuknya turis mancanegara dan domestik ke TN Komodo. TN Komodo akan disulap menjadi obyek wisata kelas premium dan ke depan tidak sembarang orang bisa mengunjunginya karena biaya masuknya akan mahal.

Pemerintah Provinsi NTT menggelontorkan dana Rp 100 miliar untuk membenahi TN Komodo, sedangkan pemerintah pusat membenahi infrastruktur Bandar Udara Labuan Bajo, hotel-hotel, jalan yang diharapkan selesai tahun 2023.

Dampaknya luar biasa. Kabupaten Manggarai Barat di NTT menetapkan pariwisata menjadi lokomotif penggerak ekonomi. Semua sektor bakal berorientasi pada pariwisata, termasuk sektor perkebunan, pertanian, dan penangkapan ikan. Sektor tersebut didorong agar memadai dan mendukung sektor pariwisata.

Dalam dua-tiga tahun ke depan, semua kebutuhan restoran diharapkan bisa disuplai dari masyarakat tani Manggarai Barat.

Gunung Batok di Kaldera Gunung Bromo.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Gunung Batok di Kaldera Gunung Bromo.
Bagaimana Taman Nasional Lain?

Sebenarnya banyak taman nasional lainnya yang mempunyai potensi sebagaimana TN Komodo.  Sayang potensinya belum digali dan digarap dan belum mendapat sentuhan inovasi pengelolaan yang baik sehingga belum menonjol secara nasional, apalagi internasional.

Dari pengamatan para pakar, di Indonesia terdapat 10 TN yang tak kalah indahnya dari TN Komodo, yang bukan tidak mungkin suatu saat oleh pemerintah dapat dijadikan sebagai destinasi wisata unggulan untuk menarik devisa dan menyejahterakan masyarakat sekitar kawasan TN tersebut.

Pertama adalah TN Gunung Leuser yang melingkupi ekosistem pantai hingga pegunungan tinggi.  TN Gunung Leuser membentang dari Provinsi Aceh hingga Sumatera Utara. TN Gunung Leuser menjadi salah satu taman nasional penting di Indonesia, terutama untuk penelitian, pendidikan, hingga pelestarian beragam jenis flora dan fauna.

Baca juga: Serial Dokumenter Taman Nasional Dunia dari Netflix dan Obama, Ada TN Gunung Leuser

Kedua, TN Ujung Kulon di Banten. Sebagai taman nasional tertua di Indonesia dan situs warisan dunia UNESCO, TN Ujung Kulon merupakan taman nasional yang populer sebagai rumah Badak Jawa yang telah langka dan terancam punah. Selain untuk mengamati langsung habitat Badak Jawa, beragam destinasi wisata alam yang indah seperti Gunung Honje, Pulau Peucang, Pulau Handeleum, Pulau Panaitan, hingga semenanjung Ujung Kulon bisa dikunjungi saat singgah ke TN Ujung Kulon.

Ketiga, TN Kepulauan Seribu di DKI Jakarta. TN Kepulauan Seribu merupakan salah satu objek wisata andalan Jakarta yang meliputi kawasan seluas 108 hektar dengan gugusan pulau-pulau kecil. TN Laut Kepulauan Seribu tersusun oleh ekosistem pulau-pulau sangat kecil dan perairan laut dangkal, yang terdiri dari gugus kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil, 86 gosong pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau, terumbu karang tipe fringing reef, mangrove, dan lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20–40 m.

Keempat, TN Lorentz di Papua. TN Lorentz merupakan situs warisan dunia UNESCO serta menjadi taman nasional terbesar yang ada di Asia Tenggara. Nama taman nasional ini diambil dari nama seorang penjelajah Belanda bernama Hendrikus Albertus Lorentz yang menjelajahi kawasan ini tahun 1909.

Kawasan TN Lorentz menjadi kediaman suku asli Papua seperti Suku Dani Barat, Suku Asmat, Suku Nduga, dan Suku Sempan. Keunikan lain dari taman nasional itu adalah keberadaan geltser di daera tropis dan menjadi habitat bagi beragam satwa bercorak Australia dan beberapa di antaranya spesies endemik Papua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com