Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Menarik Masjid Istiqlal, Lokasinya Bekas Benteng Belanda

Kompas.com - 16/02/2023, 20:00 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, dibangun sejak masa pemerintahan Presiden pertama Republik Indonesia (RI), Soekarno, dan Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta. 

Proses pembangunan masjid berlangsung selama satu tahun, terhitung sejak pemancangan tiang pertama oleh Soekarno pada 24 Agustus 1961 dan peresmian oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.

Baca juga:

"Kata Bung Karno (Soekarno), masjid ini dibangun bukan untuk tiga abad, melainkan untuk 3.000 tahun yang akan datang," kata Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar saat ditemui Kompas.com di Masjid Istiqlal, Selasa (14/2/2023).

Walau sudah 45 tahun berdiri sebagai masjid negara, nyatanya Masjid Istiqlal masih menyimpan beberapa fakta menarik yang mungkin jarang diketahui oleh masyarakat.

Saat berbincang dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar di Masjid Istiqlal pada Selasa (14/2/2023), tim Kompas.com menemukan empat fakta menarik Masjid Istiqlal. Simak selengkapnya:

 

Fakta menarik Masjid Istiqlal

1. Masjid Istiqlal menghadap ke dua arah

Masjid Istiqlal Jakarta.SHUTTERSTOCK/NURUL AZWIR Masjid Istiqlal Jakarta.

Sejauh ini, Masjid Istiqlal dikenal sebagai rumah ibadah yang letaknya langsung berhadapan dengan gerbang depan Gereja Katedral.

Namun faktanya, arah bangunan Masjid Istiqlal bukanlah menghadap ke arah Gereja Katedral, melainkan ke dua arah sekaligus. 

Bagian badan masjid menghadap ke arah kiblat (arah barat), dan bagian lainnya menghadap ke arah Monumen Nasional (Monas).

"Konsep dari Bung Karno, semua bangunan di sekitar Monas itu harus menghadap ke Monas. Sementara (arah) kiblat dan Monas tidak simetris," katanya.

Baca juga: 45 Tahun Masjid Istiqlal, Masjid Terbesar di Asia Tenggara

Syarat bangunan menghadap ke arah Monas ini, kata Nazaruddin, merujuk kepada kebudayaan Jawa.

Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam kebudayaan Jawa, sebuah pusat pemerintahan terdiri dari alun-alun yang ada di dekat keraton, pasar, dan rumah ibadah.

Dalam hal ini, Monas dianalogikan sebagai alun-alun, Istana Negara dianalogikan sebagai keraton, Pasar Tanah Abang dianalogikan sebagai pasar, dan Masjid Istiqlal dianalogikan sebagai rumah ibadah.

Akan tetapi mengingat arah kiblat dan arah Monas yang tidak simetris, alhasil Masjid Istiqlal dibangun dengan konstruksi bangunan yang menghadap ke dua arah. 

Di dalam buku Friedrich Silaban karya Setiadi Sopandi (2017) terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Friedrich, selaku arsitek, merancang Masjid Istiqlal yang berpusat pada dua sumbu.

Sumbu pertama merujuk pada kiblat dan sumbu kedua merujuk pada titik tengah Lapangan Medan Merdeka yang saat ini merupakan kawasan Monas.

Bangunan Masjid Istiqlal dirancang Friedrich sebagai "pasangan",  istilah ini disebut juga sebagai "architectonise tegenhanger" dan "architectiral counterpart" .

Artinya, dua arah bangunan ini dipahami sebagai lambang nilai religiusitas atau "ketuhanan", serta nilai kebangsaan yang diasosiasikan sebagai "keduniaan" maupun "otoritas".

Baca juga: Jam Buka Masjid Istiqlal dan Panduan Transportasi Umumnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com