Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Koleksi Budaya Pemakaman di Indonesia di Museum Taman Prasasti

Kompas.com - 17/02/2023, 06:00 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Museum Taman Prasasti, Jakarta Pusat, dikenal sebagai bekas kompleks pemakaman orang asing di Batavia. Saat ini di museum tersebut ada 993 koleksi nisan di area seluas 1,3 hektar.

Pada 9 Juli 1977, bekas pemakaman yang dulunya bernama Kebon Jahe Kober tersebut pun diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti oleh Gubernur Jakarta kala itu, Ali Sadikin.

Baca juga: Pengalaman Jelajah Malam di Museum Taman Prasasti, Lihat Makam Kuno

"Makam dengan nama Kebon Jahe Kober ini berdiri pada 28 September 1795, ada berbagai macam makam dari zaman VOC sampai pemerintahan Hindia Belanda," kata Humas dan Kemitraan Museum Kebangkitan Nasional, Danu Wibowo, yang menjadi pembicara dalam Jelajah Malam Museum, di Museum Taman Prasasti, Selasa (14/2/2023).

Selain nisan, Museum Taman Prasasti juga memiliki peti yang mengangkut jenazah Presiden pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno dan Wakil Presiden pertama RI Moh. Hatta, serta kereta pengangkut jenazah masa lampau.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Museum Taman Prasasti, Bekas Makam Kuno Belanda

Di museum tersebut juga ada ruangan yang mungkin jarang diketahui pengunjung. Namanya Ruang Budaya Pemakaman Nusantara.

Ada makam tiruan di Ruang Budaya Pemakaman Nusantara 

Maket makam Raden Patah di Museum Taman PrasastiKompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Maket makam Raden Patah di Museum Taman Prasasti

Ruang Budaya Pemakaman Nusantara ini berada persis di sebelah bangunan pintu masuk museum. Kompas.com sempat mengunjunginya pada Selasa (14/2/2023) malam.

Tak begitu banyak koleksi yang ada di dalam. Terdapat sekitar 20 maket (tiruan) pemakaman dari berbagai wilayah di Tanah Air.

Maket-maket ini dilindungi oleh kaca sehingga tidak bisa disentuh langsung oleh pengunjung.

Baca juga: Ada Apa di Museum Taman Prasasti Jakarta?

Sebagian maket sudah diberi penjelasan singkat, namun sebagian lagi belum dilengkapi informasi.

Pengunjung bisa menjumpai maket budaya pemakaman, maket kompleks pemakaman, dan maket makam beberapa pahlawan Indonesia.

Maket makam Pahlawan Nasional Indonesia

Maket makam Sentot Alibasyah P.Ngr di Museum Taman PrasastiKompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Maket makam Sentot Alibasyah P.Ngr di Museum Taman Prasasti

1. Maket makam Sultan Iskandar Muda

Makam Sultan Iskandar Muda terletak dekat Krueng Daroy, yang bersebelahan dengan Meuligoe Banda Aceh, kediaman resmi Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, dan berdampingan dengan Museum Aceh.

Makam ini sempat dihilangkan jejaknya oleh Belanda sewaktu berlangsungnya Perang Aceh. Pada 19 Desember 1952, lokasi makam Sultan Iskandar Muda itu bisa ditemukan kembali dengan petunjuk yang telah diberikan oleh bekas permaisuri seorang Sultan Aceh bernama Pocut Meurah.

Saat ini Makam Sultan Iskandar Muda dijadikan obyek wisata religi oleh rakyat Banda Aceh.

2. Maket makam I Gusti Ngurah Rai

I Gusti Ngurah Rai adalah pahlawan nasional dari Bali. Diawali dengan perjalanan pendidikannya pada masa kecil, I Gusti Ngurah Rai memilih untuk mengawali pendidikan formalnya di Holands Inlandse School (HIS) di Bali.

Setelah tamat dari HIS, ia melanjutkan ke MULO (setingkat Sekolah Menengah Pertama) di Malang, lalu memperdalam kemiliterannya di Gianyar, dan pendidikan arteri Malang.

I Gusti Ngurah Rai membentuk Tentara Keamanan Rakyat Sunda Kecil dan di Bali, serta memiliki pasukan bernama Ciung Wanara.

I Gusti Ngurah Rai meninggal pada usia 29 tahun dan memperoleh gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 63/TK/1975 tanggal 9 Agustus 1975.

3. Maket makam Sentot Alibasyah P.Ngr

Kompleks makam pendiri Kota Pekanbaru, Marhum Pekan, merupakan cagar budaya yang terdapat di Kota Pekanbaru, tepatnya di Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan.

Kompleks makam ini pemakaman keluarga Kerajaan Siak yang pernah memerintah di Kota Pekanbaru. Dulu masyarakat yang bermukim di sekitar area ini lebih mengenal makam dengan sebutan pekuburan Masjid Raya atau Kuburan Raja.

Pada tahun 2004, makam ini berubah namanya menjadi Komplek Makam Marhum Pekan lantaran ada makam Marhum Pekan, sang pendiri Kota Pekanbaru. Kompleks makam tersebut pun sering dikunjungi wisatawan sebagai obyek wisata sejarah dan religi.

Baca juga: Cerita di Balik 20 Nisan di Museum Taman Prasasti Jakarta

4. Makam Tolobali

Makam Tolobali terletak satu kilometer ke arah utara Kota Bima, tepatnya di wilayah Tolobali. Di tempat ini erdapat makam beberapa Sultan Bima dan tokoh agama.

Makam tersebut, antara lain makam Sultan Abul Kair Sirajudin (Sultan Bima II), makam Sultan Nurudin Abubakar Alisya (Sultan Bima III), makam Sultan Jamaluddin (Sultan Bima IV), dan makam Syekh Umar Albantani (guru dan penyiar agama Islam di wilayah Kesultanan Bima).

Untuk menuju Makam Tolobali, dapat dijangkau dengan jalan kaki atau menggunakan benhur (kereta kuda khas Bima).

5. Maket makam Raden Patah

Raden Patah adalah seorang keturunan bangsawan dari raja Majapahit yang ke-11, yaitu Raden Kerta Bumi.

Ibunya keturunan Champa (sekarang di perbatasan Kamboja dan Vietnam) yang beragama Islam. Dalam pemerintahannya, Raden Patah banyak dibantu oleh Walisongo yang beberapa di antaranya memiliki kekerabatan dengan ibunya.

Raden Patah meninggal tahun 1518 dan digantikan oleh menantunya, Pati Unus.

Maket makam Pangeran Antasari di Museum Taman PrasastiKompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Maket makam Pangeran Antasari di Museum Taman Prasasti

6. Maket Makam Pangeran Antasari

Pangeran Antasari adalah seorang pejuang perang Banjar tahun 1859-1865 dalam melawan Belanda. Beliau sakit dan meninggal pada 11 Oktober 1862 di Desa Baiyan Bengok, di daerah Puruk Cahu, Kalimantan Tengah.

Pada tanggal 11 November 1958, makamnya dipindahkan ke kompleks Makam Pahlawan Nasional di Jalan Masjid Jami Banjarmasin, dan pada 27 Maret 1968 Pangeran Antasari ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Kemerdekaan.

Makam Pangeran Antasari memiliki nisan berbentuk bulat mengerucut ke atas, dengan jirat dari pasangan keramik berlantai batu pualam.

Makam diberi cungkup dan sekelilingnya dipagar besi. Lingkungan dalam kompleks makam sebelah timur adalah makam istrinya.

Baca juga: 4 Fakta Museum Taman Prasasti Jakarta, Bekas Pemakaman Orang Asing

7. Maket tokoh Palembang

Makam para tokoh penting di Palembang ini terdiri dari jirat dan nisan. Jiratnya terbuat dari kayu unglen yang disusun berjajar berbentuk persegi panjang, mirip tubuh candi dengan hiasan antefiks di bagian sudut-sudutnya.

Sementara itu, nisan berjumlah dua buah berbentuk segi empat pipih.

Makam ditempatkan di satu cungkup (rumah kubur), dengan denah segi empat dengan konstruksi tiang kayu. Tiang-tiang kayu berdiri di sebuah umpak terbuat dari bata. Terdapat hiasan seperti gerigi di bagian pelipitnya.

Selain itu, ada pula maket makam M.H. Thamrin yang dikenal sebagai Abang Betawi lewat jasa-jasanya dalam membangun perkampungan di Jakarta.

Lalu, ada maket makam Sunan Gunung Jati, hingga maket kompleks pemakaman La Tenri Ruwa sang Raja Bone ke XI.

Maket budaya pemakaman di Indonesia

Maket makam Suku Anak Kalang di Museum Taman PrasastiKompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Maket makam Suku Anak Kalang di Museum Taman Prasasti

Selain maket makam para tokoh-tokoh penting di Tanah Air, ada pula maket budaya pemakaman dari sejumlah daerah di Indonesia, sebagai berikut:

8. Makam Tugu khas Batak

Adat orang Batak dalam menghormati leluhurnya sama dengan orang China (cikal bakal dari keluarga besar marga), bisa saja dari generasi pertama, atau bahkan ada juga yang membangun tugu dari generasi ketiga atau keempat.

Sebelum mengenal tembok beton, orang Batak mengubur orangtuanya di dalam tanah dan ditandai dengan batu besar berukir. Biasanya di titik itu juga ditanami pohon kayu jabi-jabi atau beringin, yang dianggap keramat.

Tidak sekadar menghormati, orang Batak pun mengsakralkan Tugu atau Tambak tersebut. Saking sakralnya kuburan ini, mereka akan membela mati-matian bila kuburan nenek moyangnya diganggu atau dirusak.

Baca juga: Serunya Ikut Dinas Rahasia di Museum Taman Prasasti Jakarta

9. Maket makam Yogyakarta

Makam Yogyakarta yang dikenal juga dengan nama Makam Seniman Budayawan Giri Sapto Bantul adalah sebuah kompleks pemakaman di perbukitan, tempat dimakamkannya para seniman kondang Indonesia seperti Nunu Sri Wahyuni, L Manik, dan Kusbini.

Kompleks pemakaman ini digagas oleh seniman Sapto Hoedojo. Makam seniman budayawan Giri Sapto ternyata tidak sekadar upaya latah untuk meniru kompleks makam para raja Mataram, namun sudah selayaknya masyarakat memberi penghargaan bagi para seniman dan budayawan yang karyanya telah memperkaya kehidupan sejak dini.

Maket Ritual Tiwah di Museum Taman PrasastiKompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Maket Ritual Tiwah di Museum Taman Prasasti

10. Ritual Tiwah

Ritual Tiwah yaitu prosesi mengantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat bernama sandung.

Ritual Tiwah dijadikan obyek wisata karena unik dan khas. Banyak para wisatawan mancanegara tertarik pada upacara yang hanya dilakukan oleh warga Dayak Kalteng ini.

Baca juga: 5 Tempat Wisata Dekat Museum Taman Prasasti, Ada Monas

11. Makam tradisional Anak Kalang

Suku kalang adalah sub-suku dalam masyarakat Jawa. Keberadaaanya diperkirakan sudah eksis sebelum masyarakat mengenal agama Hindu dan Buddha.

Suku kalang hidup nomaden, yang pada masa kerajaan ditugasi menjaga hutan. Dulu suku ini sempat dilindungi oleh raja karena jasa-jasanya, namun karena sulit diatur, akhirnya dikembalikan ke hutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com