Yusuf berpendapat bahwa kehidupan di Jakarta lebih sibuk bila dibandingkan dengan kampung halamannya.
Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, dan besar di Makassar, Sulawesi Selatan, ini menambahkan bahwa penduduk di Ibu Kota harus bergerak cepat.
"Jadinya tidak bisa santai dan menikmati fasilitas yang ada, padahal Jakarta memiliki banyak fasilitas yang tidak pernah saya dapatkan di kota-kota lainnya," tutur Yusuf.
Senada dengan Yusuf, Karin juga merasa bahwa ritme kehidupan di Jakarta lebih cepat.
"Kalau di Jakarta kayak berasa kita harus lari, kalau misalnya kita istirahat dulu mau cuti, itu kita ketinggalannya jauh banget. Jadi kayak lari lari lari, kerja dari pagi sampai malam, tidur habis itu kerja lagi, weekend (akhir pekan) juga kadang aku suka kerja jadi kayak semua perubahannya cepat banget," terangnya.
Baca juga: 5 Negara yang Cocok untuk Merantau ke Luar Negeri
Bila dibandingkan dengan teman-temannya di daerah asalnya, kata dia, ia merasa kehidupan mereka lebih santai.
Tidak hanya itu, menurutnya kehidupan di Ibu Kota serba instan, serba ada, dan serba cepat. Ia pun mencontohkan layanan pengiriman dokumen di Makassar yang pergerakannya tidak secepat di Jakarta.
"Kalau di Jakarta kita pesan (pengantar dokumen) sudah langsung ada, kalau di sana (Makassar) ada tapi ada waktu bagi kita untuk menunggu," katanya.
Sebelum merantau, Karin sempat merasa takut akibat terpengaruh film-film yang menunjukkan banyaknya aksi kejahatan di Jakarta. Ia juga khawatir tidak bisa mengikuti ritme kehidupan di kota ini.
Namun, semenjak tiba dan tinggal di Jakarta, ia jadi memiliki pemahaman tersendiri akan perasaannya pada waktu itu.
"(Pandanganku) berubah, kayak ternyata (di) Jakarta ada bagian-bagian yang ada orang-orang kayak gitu (jahat), tapi enggak semuanya kayak gitu," ujarnya.
Baca juga: Mengenal Suku Bawean yang Suka Merantau
Jika ingin merantau di Jakarta, Yusuf menganjurkan untuk mempelajari kota ini dengan sistematis, mulai dari jalannya, fasilitasnya, hingga lokasinya.
"Awal-awal di Jakarta, coba luangkan waktu untuk berkeliling dengan menggunakan fasilitas umum yang tersedia. Fasilitas di Jakarta akan sangat membantu kita buat beraktivitas nantinya," ujarnya.
Ia juga mengimbau calon perantau untuk menghafal jam-jam sibuk di Ibu Kota agar tidak berdampak terhadap mobilitas.
Menggunakan kendaraan umum di Jakarta disarankan pula oleh Aqil. Menurutnya, naik kendaraan umum jadi cara yang baik untuk menjelajahi Ibu Kota sambil tetap berhemat.
"Dan kendaraan umum yang layak di kota lain mungkin enggak sebagus Jakarta," kata Aqil.
Bila ingin liburan sendirian untuk pertama kalinya di Jakarta, Karin menyarankan untuk mengajak teman sebagai pemandu guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan.
"Kalau sama orang yang tahu Jakarta mungkin dia bisa mengantar, bisa memandu kamu lewat sini biar gampang, enggak (kena) macet. Orang daerah belum tahu macet jadi hal yang biasa (di sini)," ucapnya.
Ia melanjutkan bahwa kemacetan lalu lintas juga sesungguhnya bisa dijumpai di Makassar, namun kendaraan masih bisa bergerak dan tidak berhenti total seperti di Jakarta.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.