Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

20 Wisata Sejarah di Malang, Museum hingga Candi 

Kompas.com - 08/03/2023, 13:33 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

 

KOMPAS.com - Malang, Jawa Timur terkenal dengan beragam obyek wisata alam, taman hiburan, dan kuliner. Tak heran, Malang menjadi salah satu magnet wisata di Jawa Timur.

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Malang merupakan salah satu daerah bersejarah di Indonesia. Ada beragam wisata sejarah di Malang seperti candi, museum, dan bangunan peninggalan masa lampau. 

Baca juga: 10 Museum di Kota Malang, Ada Koleksi Peninggalan Kerajaan Majapahit

Baca juga: Sejarah Jembatan Embong Brantas yang Jadi Favorit Turis Asing di Kota Malang

Mengunjungi wisata sejarah di Malang bisa menjadi alternatif bagi wisatawan yang ingin menyusuri jejak masa lampau.

Wisata sejarah di Malang 

Berikut wisata sejarah di Malang seperti dihimpun Kompas.com, mulai dari candi, museum, dan bangunan peninggalan masa lampau.

1. Museum Singhasari

Suasana Museum Singhasari.KOMPAS.COM/Imron Hakiki Suasana Museum Singhasari.

Sesuai namanya, Museum Singhasari menyimpan benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Singasari. Lokasinya berada di Perumahan Singhasari Residence, Desa Klampok, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang. 

Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan besar di Indonesia bercorak Hindu-Buddha yang berada di daerah Singasari, Kabupaten Malang. Kerajaan Singasari juga dikenal dengan nama Kerajaan Tumapel.

Baca juga: Rumah Dinas Wali Kota Malang Kini Buka untuk Wisata Setiap Hari Minggu

Mengutip Kompas.com (12/6/2022), terdapat sekitar 345 koleksi artefak bersejarah pada museum seluas sekitar 3.000 meter persegi itu.

Pengunjung bisa melihat berbagai macam artefak peninggalan Kerajaan Singosari, seperti arca Mahakal, Mahisha, Ganesha, Durga Gaya Singasari, dan Prajna Paramita

2. Museum Brawijaya 

Museum Brawijaya di Kota MalangWikimedia Commons Museum Brawijaya di Kota Malang

Museum Brawijaya merupakan salah satu museum populer di Kota Malang. Museum yang berdiri pada 4 Mei 1968 ini, berlokasi di di depan Perpustakaan Umum Kota Malang.

Tepatnya di Jalan Besar Ijen Nomor 25A, Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Melansir laman Asosiasi Museum Indonesia, koleksi Museum Brawijaya berupa benda-benda militer yang digunakan untuk berperang selama perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan RI.

Salah satu koleksinya adalah Gerbong Maut, yaitu gerbong besi bukti kekejaman penjajah Belanda. Gerbong besi itu digunakan untuk mengangkut puluhan pejuang Indonesia dari Bondowoso sampai Surabaya dalam kondisi tertutup rapat tanpa jendela, sehingga mayoritas pejuang meninggal.

3. Museum Mpu Purwa

Museum Mpu Purwa di Kota MalangDok. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id Museum Mpu Purwa di Kota Malang

Museum Mpu Purwa berisi koleksi artefak bersejarah dan benda purbakala di Pulau Jawa. Meliputi, arca, candi, prasasti, patung peninggalan berbagai kerajaan di Pulau Jawa.

Nama Mpu Purwa dipilih sebagai nama museum lantaran sosok Mpu Purwa merupakan seorang tokoh religus dalam masyarakat Jawa kuno terutama Jawa Timur, seperti dilansir dari laman resminya.

Museum ini beralamat di Perumahan Griya Santa, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 210, Mojolangu, Lowokwaru, Kota Malang.

Baca juga: Gratis Keliling Kota Malang Naik Bus Macito, Catat Caranya

4. Museum Panji 

Sesuai namanya, museum ini menampilkan koleksi barang-barang tentang legenda Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji, putri Kerajaan Jenggala.

Pengunjung juga bisa melihat diorama Perang Genter yang terjadi di Desa Genter, Kabupaten Malang. Perang tersebut terjadi antara Kerajaan Singasari atau Kerajaan Tumapel dengan Kerajaan Kediri.

Selain itu, Museum Panji memiliki koleksi aneka jenis wayang, topeng, prasasti, dan dokumentasi Kota Malang tempo dulu. Lokasinya berada di Jalan Raya Bangilan Nomor 1, Ringin Anom, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

Baca juga: Naik Bus Macito di Malang, Wisatawan Segera Bisa Berfoto di Kampung Heritage Kayutangan

5. Indonesian Old Cinema Museum

Foto dirilis Jumat (16/4/2020), memperlihatkan teknisi menggulung ulang film 35mm untuk pemutaran film layar tancap. Meskipun tontonan layar tancap mulai meredup seiring berkembangnya teknologi, segelintir komunitas penikmat film-film lawas mencoba melestarikannya dan menjajakannya berkeliling dari kampung ke kampung sebagai hiburan untuk warga.ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA Foto dirilis Jumat (16/4/2020), memperlihatkan teknisi menggulung ulang film 35mm untuk pemutaran film layar tancap. Meskipun tontonan layar tancap mulai meredup seiring berkembangnya teknologi, segelintir komunitas penikmat film-film lawas mencoba melestarikannya dan menjajakannya berkeliling dari kampung ke kampung sebagai hiburan untuk warga.

Layar tancap adalah bioskop keliling yang pernah menjadi ikon Indonesia, seperti dikutip dari Kompas.com (15/11/2022). Layar tancap merupakan bagian dari sejarah perfilman di Indonesia.

Namun, layar tancap telah hilang tergerus perkembangan zaman. Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan koleksi barang-barang berkaitan dengan layar tancap bisa mengunjungi Indonesian Old Cinema Museum.

Di museum ini, pengunjung bisa melihat gulungan film, layar putih, dan perlengkapan layar tancap lainnya. Lokasinya berada di Jalan Soekarno-Hatta Nomor 45, Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. 

Alun-alun Tugu Kota Malang.
SHUTTERSTOCK/PAMBUDI YOGA PERDANA Alun-alun Tugu Kota Malang.

6. Museum Ganesya

Koleksi pataka di Museum Ganesya, Kota Malang, Selasa (14/1/2020)KOMPAS.com/ANDI HARTIK Koleksi pataka di Museum Ganesya, Kota Malang, Selasa (14/1/2020)

Museum Ganesya berada di dalam kompleks Hawai Water Park, tepatnya di Jalan Graha Kencana Utara V, Kota Malang, Jawa Timur.

Mengutip Kompas.com (15/1/2020), museum yang baru buka pada pertengahan 2019 ini memamerkan koleksi peninggalan Kerajaan Majapahit. 

Ada miniatur candi, genteng, saung dan rumah penduduk yang terbuat dari tanah liat. Selain itu juga ada banaspati, guci, anglo, dan lainnya. Adapula replika pusaka Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit yang dibuat persis dengan aslinya.

Baca juga: Kafe Unik di Malang, Bisa Ngopi Sambil Bikin Kaus

7. Monumen Juang 45

Monumen Juang 45 di Kota MalangShutterstock/ Daniel Ferryanto Monumen Juang 45 di Kota Malang

Monumen Juang 45 merupakan simbol perlawanan rakyat Malang dalam mempertahankan kemerdekaan pada 1945 hingga 1949. Monumen ini berada di Stasiun Kota Malang, di Jalan Kertanegara, Kota Malang. 

Monumen Juang 45 berupa patung yang menggambarkan rakyat yang berhasil mengalahkan sosok raksasa (buta) yang mewakili para penjajah.

Pembangunan Monumen Juang 45 bertujuan agar masyarakat senantiasa mengingat perjuangan para pahlawan yang gugur mempertahankan kemerdekaan.

8. Kawasan Ijen   

Gereja Katedral Santa Theresia atau Gereja Ijen di MalangShutterstock/Oen Michael Gereja Katedral Santa Theresia atau Gereja Ijen di Malang

Kawasan Ijen merupakan salah satu kawasan bersejarah di Kota Malang, seperti dikutip dari Kompas.com (1/11/2017). Pada kawasan mandiri itu, terdapat beberapa bangunan peninggalan kolonial Belanda.

Meliputi, Gereja Katedral Santa Theresia atau dikenal dengan nama Gereja Ijen dan rumah bergaya Belanda.

Baca juga: Kelenteng Eng An Kiong di Kota Malang Gelar Wayang Potehi Setiap Hari

Keunikan kawasan tersebut adalah nama jalan yang menggunakan nama gunung di Indonesia, seperti Ijen, Semeru, Bromo, dan lainnya. Kawasan itu dibangun oleh arsitek asal Belanda, Herman Thomas Karsten sejak sekitar 1935

9. Kayutangan Heritage 

Latar selfie di Kayutangan, Malang.https://pesona.travel Latar selfie di Kayutangan, Malang.

Kayutangan Heritage atau Kampoeng Heritage Kajoetangan merupakan sebuah kawasan yang ditata dengan apik, serta dipenuhi dengan bangunan bergaya peninggalan kolonial Belanda.

Baca juga: Wisata ke Malang, Kunjungi Spot Gerbong Trem di Kayutangan Heritage

Mengutip Kompas.com (8/4/2021), pada kawasan ini terdapat struktur cagar budaya yang dibangun sejak 1870 hingga 1920. Ada sekitar 22 bangunan heritage yang dilestarikan dan masih berfungsi sebagai hunian sekaligus tempat usaha di kawasan ini.

Pengunjung dan turis dapat melihat bangunan-bangunan tersebut yang menonjolkan ciri khas kolonial Belanda. Lokasinya berada di Jalan Jenderal Basuki Rahmat Gg. 4, Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. 

10. Kelenteng Eng An Kiong

Klenteng Eng An Kiong di MalangWikimedia Commons Klenteng Eng An Kiong di Malang

Wisata sejarah di Malang selanjutnya adalah Kelenteng Eng An Kiong yang berada di Jl. R.E. Martadinata, Kotalama, Kec. Kedungkandang, Kota Malang.

Kelenteng Eng An Kiong merupakan kelenteng Tridarma, yang digunakan untuk beribadah tiga kepercayaan, yaitu Khonghucu, Taoisme, dan Buddha, seperti dikutip dari Kompas.com (5/1/2023).

Baca juga: Kelenteng Eng An Kiong di Kota Malang Gelar Wayang Potehi Setiap Hari

Bangunan kelenteng yang didirikan pada 1825 ini, telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Pendiri Kelenteng Eng An Kiong adalah orang militer yang bernama Liutenant Kwee Sam Hway.

Selain sebagai tempat ibadah, Kelenteng Eng An Kiong menjadi destinasi wisata religi dan sejarah di Malang.

 

Balai Kota Malang berdiri pada 1929, lebih baru daripada bangunan Bella-Vista di Jalan Gajahmada yang merupakan peninggalan Belanda.SHUTTERSTOCK/AKHMAD DODY FIRMANSYAH Balai Kota Malang berdiri pada 1929, lebih baru daripada bangunan Bella-Vista di Jalan Gajahmada yang merupakan peninggalan Belanda.

11. Masjid Bungkuk

Tampak dalam masjid Bungkuk, Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.KOMPAS.COM/Imron Hakiki Tampak dalam masjid Bungkuk, Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Masjid At-Thohiriyah atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Bungkuk merupakan masjid tertua di Malang, seperti dikutip dari Kompas.com (20/4/2022).

Lokasinya berada di Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Nama masjid diambil dari pendirinya yaitu Kyai Hamimuddin atau dikenal sebagai Mbah Bungkuk.

Ia merupakan salah satu Laskar Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa yang singgah di kawasan Singosari. Masjid Bungkuk dulunya berupa gubuk di tengah hutan.

Baca juga: Titik Nol Ngopi Malang: Harga Menu, Jam Buka, dan Rute

Masjid ini merupakan bukti penyebaran Islam oleh Mbah Bungkuk di kawasan Malang, yang kala itu mayoritas penduduknya memeluk Hindu. 

Kyai Hamimuddin alias Mbah Bungkuk wafat pada 1850 masehi dan dimakamkan tepat di belakang Masjid Bungkuk. Beberapa peziarah mendatangi makam Mbah Bungkuk pada momen tertentu.

12. Petirtaan Watugede 

Petirtaan Watugede di Kabupaten MalangTribun News Wiki  Petirtaan Watugede di Kabupaten Malang

Petirtaan Watugede merupakan kolam pemandian yang sumbernya berasal dari mata air. Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, situs ini diperkirakan kompleks taman kerajaan pada masa Kerajaan Majapahit.

Situs ini berdiri di atas lahan seluas 2.516 meter persegi. Ada mata air jernih yang memancar dari bawah pohon di tepi kolam.

Baca juga: Hawai Waterpark Malang: Jam Buka, Aktivitas, dan Tiket Masuk

Selanjutnya, mata air itu mengaliri dua buah kolam yang terletak di utara dan selatan. Petirtaan Watugede yang ditemukan pada 1925  ini telah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Nasional

Lokasinya berada di Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang

13. Pemandian Ken Dedes 

Menurut legenda, pemandian Ken Dedes adalah tempat bertemunya Ken Dedes dan Ken Arok, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Malang.

Lokasinya sekitar satu kilometer dari Candi Singasari, di Jalan Kendedes, Kelurahan Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Fasilitas obyek wisata sejarah ini meliputi kolam dewasa dan anak-anak, serta wahanan permainan. Pada tepi pemandian terdapat sebuah bukit kecil yang dikelilingi pepohonan rindang, biasanya dipakai pengunjung untuk piknik.

Baca juga: Pantai Balekambang Malang: Jam Buka, Tiket Masuk, dan Aktivitas

14. Candi Singasari  

Candi SingasariWikimedia Commons/Gombang Candi Singasari

Candi Singasari merupakan candi populer di Malang yang berada di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Mengutip Kompas.com (24/3/2022), candi bercorak Hindu-Buddha ini dibangun sebagai persembahan untuk menghormati Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari.

Baca juga: 13 Wisata Pantai di Malang, Ada yang Mirip Bali dan Raja Ampat

Candi Singasari juga disebut Candi Cungkup atau Candi Menara. Tidak diketahui, kapan tepatnya Candi Singasari didirikan, namun sejumlah ahli purbalaka memperkirakan candi dibangun sekitar tahun 1300 masehi.

Bangunan candi berdiri di atas sebuah tangga. Pada ambang pintu candi, terdapat pahatan kepala buta kala yang ikonik.

15. Candi Jago 

Candi Jago di Kabupaten MalangDok. Kemendikbud Candi Jago di Kabupaten Malang

Malang memiliki beberapa candi peninggalan kerajaan masa lampau, salah satunya adalah Candi Jago. Lokasinya berada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

Mengutip Kompas.com (21/6/2022), candi ini juga dikenal sebagai Candi Tumpang karena berada di Desa Tumpang.

Baca juga: Turis Asal Republik Ceko Ikut Goyang Lihat Jaranan di Kota Malang

Dalam Kitab Negarakertagama dan Pararaton disebutkan nama Candi Jago adalah Jajaghu. Dalam kitab itu, disebutkan bahwa pembangunan candi berlangsung sejak 1268 masehi sampai 1280 masehi, sebagai penghormatan untuk Raja Singasari ke-4, yaitu Sri Jaya Wisnuwardhana

Saat ini, Candi Jago berupa reruntuhan yang belum dipugar seluruhnya. Candi berbentuk segi empat dengan luas 23 x 14 meter. Bagian atap candi sudah hilang sedangkan tinggi candi tidak diketahui.

 

Alun-alun Malang.WIKIMEDIA COMMONS/CHRISTOPHE95 Alun-alun Malang.

16. Candi Kidal

Candi Kidal di Malang yang merupakan peninggalan Kerajaan Singasari.Wikimedia Commons/Anandajoti Bhikkhu Candi Kidal di Malang yang merupakan peninggalan Kerajaan Singasari.

Candi Kidal merupakan candi peninggalan agama Hindu yang terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

Mengutip Kompas.com (22/1/2022), candi peninggalan Kerajaan Singasari ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati. Anusapati adalah putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung yang menjadi raja kedua Singasari periode 1227-1248.

Candi Kidal dibangun pada 1248, setelah Cradha atau upacara pemakaman Raja Anusapati. Bangunan candi sempat terkubur lama, kemudian ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada awal abad ke-11.

Baca juga: 3 Rumah Sakit di Malang Siap Beri Layanan Wisata Medis

Bangunan candi ini pernah dipugar pada 1990-an untuk mengembalikan keindahannya. Struktur Candi Kidal terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap.

Seluruh bangunan candi terlihat ramping, sebagaimana ciri khas gaya bangunan candi di Jawa Timur.

17. Candi Badut 

Ilustrasi candi - Candi Hindu bernama Candi Badut di Kota Malang, Jawa Timur.SHUTTERSTOCK / By Oen Michael Ilustrasi candi - Candi Hindu bernama Candi Badut di Kota Malang, Jawa Timur.

Candi Badut merupakan candi tertua di Jawa Timur, seperti dikutip dari Kompas.com (18/1/2023). Candi bercorak Hindu ini merupakan peninggalan Kerajaan Kanjuruhan yang diperkirakan dibangun pada abad ke-8, berdasarkan Prasasti Dinoyo.

Lokasinya berada di Desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Candi Badut ditemukan pada 1921 oleh Maureen Brecher, seorang Belanda.

Baca juga: 32 Tempat Wisata Malang Raya, Banyak Tempat Bernuansa Alam

Kemudian, bangunan candi dipugar pada 1923-1926. Adapun nama Candi badut diambil dari nama kecil Raja Gajayana yaitu Liswa dalam bahasa Sansekerta, yang berarti anak komedi, tukang lawak, atau tukang tari.

Kata tersebut serupa maknanya dnegan badut di masa kini, yakni seseorang yang menjadi penghibur dengan berbuat lucu atau melawak.

18. Candi Jawar Ombo 

Candi Jawar Ombo di Kabupaten MalangDok. Pemerintah Kabupaten Malang Candi Jawar Ombo di Kabupaten Malang

Candi Jawar Ombo berada di Desa Muliosari, Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Malang.

Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Malang, bangunan candi pertama kali ditemukan penduduk setempat pada 1983 dalam kondisi masih terpendam tanah.

Hingga kini, Candi Jawar Ombo masih penuh dengan misteri lantaran belum banyak kajian sejarah dari peninggalan bersejarah ini. Daya tarik Candi Jawar Ombo adalah bangunan candi yang menghadap ke arah Gunung Semeru.

Baca juga: 6 Fakta tentang Stadion Kanjuruhan Malang

Bangunan candi berciri khas candi Jawa Timur yakni tinggi dengan alas di bawahnya. Pada pintu masuk candi terdapat arca batu yang memegang gada, yang diperkirakan sebagai wujud Dwarapala.

19. Candi Sumberawan 

Candi Sumberawan di Malang, Jawa Timur.Wikimedia Commons/Anandajoti Bhikkhu Candi Sumberawan di Malang, Jawa Timur.

Candi Sumberawan terletak di Dusun Sumberawan, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang

Mengutip Kompas.com (4/3/2023), candi ini unik karena tidak memiliki ciri khas candi di Jawa Timur yang berdiri tinggi. Sebaliknya, Candi Sumberawan berbentuk stupa berukuran besar, sehingga banyak yang menyebutnya Stupa Sumberawan.

Baca juga: Lumba-lumba Muncul di Pantai Tiga Warna Malang, Dianggap Kejadian Langka

Candi Sumberawan pertama kali ditemukan pada 1904 oleh masyarakat setempat. Bangunan candi terdiri atas tiga bagian, yakni batur, kaki, dan tubuh candi, sementara bagian puncak stupa  sudah runtuh.

Candi Sumberawan tidak dihiasi relief ataupun ukiran informasi pembuatannya. Oleh sebab itu, tidak diketahui pendiri Candi Sumberawan dan kapan bangunan ini didirikan.

20. Candi Karangbesuki

Candi Karangbesuki atau Candi Gasek berlokasi di daerah Gasek, Desa Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Kanjuruhan.

Para arkeolog memperkirakan candi ini dibangun pada abad ke-8 masehi. Namun, kondisi candi saat ini hanya berupa reruntuhan batu, sehingga masyarakat sekitar menyebut lokasi candi mirip dengan petilasan.

Pada saat ditemukan, terdapat  sebuah yoni dan arca ganesha di lokasi candi yang kini sudah diletakkan di museum.

Baca juga: 5 Wisata di Desa Wisata Gubugklakah, Malang, Kunjungi 3 Air Terjun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com