Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tenun Puncatiti di NTT, Harganya Capai Rp 500.000 Per Lembar

Kompas.com - 16/03/2023, 15:30 WIB
Markus Makur,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

CONGKAR, KOMPAS.com – Bagi wisatawan yang ingin mengenal berbagai jenis kain tenun di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), cobalah menjelajahi kawasan wisata kain tenun Puncatiti Congkar di utara Kabupaten Manggarai Timur.

Puncatiti berasal dari dua kata, punca dan titi. Punca artinya benang dan titi berarti angkat.

Puncatiti merupakan proses mengangkat, merajut, dan mengolah benang menjadi hasil tenun.

Kain ini merupakan warisan leluhur yang dipergunakan untuk berbagai keperluan adat dan pemasukkan ekonomi keluarga. Warna dasar dari kain tenun puncatiti adalah hitam.

Baca juga:

Para perempuan menyulam kain tenun puncatiti baik di dalam rumah maupun di antara dapur dan rumah besar.

Sabtu (11/3/2023), Kompas.com sempat menjelajahi kawasan Puncatiti Congkar.

Saat itu, saya bertemu para penenun, yakni Anastasia Ninging (50), Regina Inus (54), dan Petronela Evi (46). Mereka duduk sambil merentangkan kaki di lantai semen di rumah masing-masing di Kampung Wangkar.

Satu per satu benang halus dengan beberapa warna dimasukkan dalam cela-cela kain setengah jadi, dibantu peralatan dedang dari kayu bulat dan bambu halus.

"Saya biasa dedang kain tenun puncatiti pada pagi hari dan sore hari. Sebelum berangkat kerja di sawah dan kebun, saya bangun subuh untuk dedang. Kemudian saya melanjutkan pada sore hari," ujar Anastasia kepada Kompas.com.

Baca juga:

Kepala Desa Ranamese, Siprianus Wensimus menjelaskan, menenun kain tenun puncatiti dapat mendukung ekonomi keluarga.

Harga kainnya bisa mencapai sekitar Rp 500.000 per lembar.

"Kaum perempuan dapat menenun kain puncatiti, dengan nilai jual Rp 500.000 sampai Rp 600.000, per lembar," katanya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/3/2023).

Daftar hak intelektual tenun puncatiti

Dari kiri ke kanan- Mama Petronela Evi (46) dan Mama Regina Inus (56) sedang memegang hasil tenun Puncatiti di Kampung Wangkar, Desa Ranamese, Kecamatan Congkar, Kab. Manggarai Timur, NTT, Sabtu, (11/3/2023). (KOMPAS.com/MARKUS MAKUR)KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Dari kiri ke kanan- Mama Petronela Evi (46) dan Mama Regina Inus (56) sedang memegang hasil tenun Puncatiti di Kampung Wangkar, Desa Ranamese, Kecamatan Congkar, Kab. Manggarai Timur, NTT, Sabtu, (11/3/2023). (KOMPAS.com/MARKUS MAKUR)

Pemuda Congkar, Apolonaris Davianus mengatakan bahwa ia sudah mendaftarkan hak intelektual tenun puncatiti melalui Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) kain Tenun Puncatiti.

"MPIG Manggarai Timur sudah mendaftarkan Kain Tenun Puncatiti melalui Disperindagkop Manggarai Timur untuk diteruskan ke Kemenkumham RI."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com