LUMAJANG, KOMPAS.com - Ribuan warga Kabupaten Lumajang memadati sekitar kawasan Pura Mandhara Giri Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (21/3/2023) malam.
Warga berkumpul untuk menyaksikan upacara Tawur Agung Kesanga dalam rangka perayaan hari raya nyepi.
Prosesi Upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Mandhara Giri Semeru diawali dengan sembahyang di Pura dan dilanjutkan dengan pawai ogoh-ogoh.
Baca juga: 5 Oleh-oleh Khas Lumajang, Pisang Agung hingga Nasi Kelor
Sebanyak 17 ogoh-ogoh diarak keliling desa mulai dari Pura Mandhara Giri Semeru dan berakhir di lapangan belakang pura.
Ketua Pengurus Harian Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Wiradarma mengatakan, pawai ogoh-ogoh bertujuan untuk menghilangkan gangguan makhluk gaib agar dalam pelaksanaan Nyepi nanti, umat hindu bisa melangsungkan dengan khidmat.
"Hari ini adalah perayaan Tawur Agung Kesanga dengan perayaan ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh ini adalah sebuah simbol dari para Buthakala yang sering mengganggu umat manusia," kata Wiradarma di Pura Mandhara Giri Semeru, Selasa (21/3/2023).
"Maka pada hari ini kita yang akan melaksanakan Catur Brata Penyepian agar terbebas dari gangguan makhluk alam yang tidak nyata dan kita bisa melaksanakan perayaan nyepi dengan tenang," tambahnya.
Setelah diarak keliling desa, ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol memusnahkan makhluk gaib yang sering mengganggu umat manusia.
"Kami umat Hindu percaya setelah kita bakar buthakala, kita bisa hidup harmonis dengan sesama manusia dengan alam semesta dan dengan sang pencipta," jelasnya.
Baca juga: 6 Larangan di Ranu Regulo, Jangan Berenang di Danau
Proses pembakaran ogoh-ogoh sempat terhenti beberapa jam akibat hujan deras mengguyur Kecamatan Senduro.
Sementara, Ningrum, salah satu pengunjung mengaku sangat rindu pawai ogoh-ogoh di Kecamatan Senduro yang sudah berhenti digelar tiga tahun terakhir akibat pandemi covid-19.
Menurutnya, pawai ogoh-ogoh di Pura Mandhara Giri Semeru punya ciri khas tersendiri karena tidak hanya umat Hindu yang datang dan turut merayakan. Namun, orang selain beragama hindu seperti dirinya juga turut merayakannya.
"Senang ya, ramai sekali karena ini kan sudah tiga tahun tidak ada jadi kami kangen (pawai ogoh-ogoh). Ciri khasnya di Senduro ini ya ini toleransinya kuat, walaupun kami tidak (beragama) Hindu, kami tetap membantu," ucap Ningrum.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.