Tidak hanya sekedar melihat-lihat, pengunjung bisa mengenal lebih dalam sosok Basoeki Abdullah.
Pengunjung bisa mempelajari sepak terjang Basoeki yang nyatanya bukan hanya pelukis biasa. Ia juga seorang pendidik seni, duta lukis Indonesia, pejuang bangsa, hingga sang maestro, seperti tertera pada informasi museum.
Baca juga: 50 Tempat Wisata Jakarta yang Populer, dari Alam hingga Sejarah
Melalui koleksi pribadi seperti wayang, topeng, buku, majalah, dan benda-benda peninggalan lainnya, pengunjung dapat menambah pengetahuan soal kepribadian Basoeki Abdullah.
Informasi yang tertulis di papan koleksi juga cukup lengkap. Selain itu, ada petugas museum yang siap sedia menjawab pertanyaan yang kamu ajukan.
Selanjutnya, siapa pun diperkenankan membuat konten baik foto maupun video, menggunakan aneka jenis kamera, asalkan tidak untuk komersial.
Luthfia mengatakan, kamera ponsel, kamera digital, SLR, dan DSLR boleh digunakan di area museum. Asal tidak menggunakan lampu kilat (flash) karena dapat merusak karya.
Baca juga:
"Enggak boleh pakai flash. Tapi kalau bawa kamera profesional boleh sebenarnya. Kami lebih concern ke cahaya, karena itu cukup ngaruh ke pemudaran warna koleksi lukisan," kata Luthfia.
Oleh karena itu, bagi yang ingin syuting dengan peralatan dan lighting lengkap, bisa bersurat terlebih dahulu kepada pihak museum.
Pada lantai 1, terdapat Ruang Berkreasi dan Edukasi. Luthfia menyampaikan, ruangan itu menyimpan lukisan komunitas, karya anak-anak, dan lukisan repro Basoeki sebagai media ajar.
Sesuai namanya, pengunjung bisa berkreasi gambar ataupun belajar di ruangan tersebut. Tempatnya nyaman, diisi beberapa bean bag dan meja untuk menggambar.
Ruang Berkreasi dan Edukasi, kata Luthfia, muncul saat kegiatan museum sedang berhenti selama restrukturisasi museum-museum di bawah Kemdikbudristek. Sejumlah museum akan dilebur menjadi satu naungan dengan nama MCB (museum dan cagar budaya).
"Maka kita enggak ada kegiatan, off dulu. Akhirnya biar tetap bisa mengakomodir pengunjung, kita buat ruang kreasi," ujarnya.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Museum Taman Prasasti, Bekas Makam Kuno Belanda
Perlengkapan yang tersedia setiap saat seperti kertas kosong dan alat tulis, bebas digunakan oleh pengunjung.
Akhirnya, kata dia, ruangan ini juga menarik semakin banyak pengunjung anak-anak yang tertarik untuk datang dan sekedar duduk santai menggambar di sana.