KOMPAS.com - Tidak semua perlawanan kepada penjajah Hindia Belanda bisa dilakukan dengan angkat senjata. Bisa juga dengan cara yang lebih halus dan tersembunyi, yakni menggunakan kecerdasan otak.
Hal inilah yang dilakukan oleh para pelajar kedokteran yang menempuh pendidikan di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen atau akrab dengan nama Stovia.
"Dokter lulusan Stovia akhirnya banyak yang jadi tokoh perjuangan karena mereka tahu kondisi di lapangan dan mereka bisa terjun langsung menolong masyarakat yang membutuhkan," kata Educator Museum Kebangkitan Nasional Titis Kuncoro Wati kepada Kompas.com, Jumat (12/5/2023)
Baca juga: Panduan lengkap ke Museum Kebangkitan Nasional
Semua pelajar laki-laki di Stovia selama menempuh pendidikan kedokteran wajib tinggal di asrama hingga lulus. Tinggal bersama di asrama tentu menguatkan rasa senasib sepenanggungan bagi pelajar Stovia.
Maka, kata Titis, dari gedung Stovia ini lah munculnya semangat perjuangan melawan penjajah hingga dibentuknya organisasi Budi Oetomo.
"Di asrama, para pelajar saling bertukar cerita dan menyadari bahwa mereka sama-sama punya keinginan untuk melawan penjajah," katanya.
Gedung Stovia yang saat ini dijadikan sebagai museum dulunya merupakan kawasan sekolah sekaligus asrama bagi pelajar kedokteran. Kawasan ini dulunya terdiri dari ruangan kelas, ruangan asrama sesuai tingkatan, ruang guru, kantin, ruang olahraga, dan laboratorium.
Jauh sebelum adanya teknologi yang membentuk para tenaga medis, pelajar yang bersekolah di Stovia menggunakan beberapa alat manual untuk menunjang pendidikan.
Beberapa di antaranya ada mesin pemecah kepala, mesin pemberi napas buatan, dan sejumlah alat peraga untuk kebutuhan pengajaran. Replika alat-alat ini bisa kini bisa dilihat di Museum Kebangkitan Nasional.
Mulanya, kata Titis, sekolah kedokteran Stovia dulunya bergabung dengan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Hal ini karena sebagian besar pengajar di STOVIA merupakan dokter di sana.
Baca juga:
"Dulu, Stovia ini di RSPAD, cuma karena sudah tidak kondusif. Alhasil, Stovia dipindahkan ke sini (lokasi Museum Kebangkitan Nasionaol)," kata Titis.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.