Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Masuk Asrama Pelajar Stovia di Museum Kebangkitan Nasional

Kompas.com - 16/05/2023, 18:43 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Melihat pameran sejarah kebangkitan nasional

Di selasar sebelah kiri dari gerbang masuk, terdapat ruangan-ruangan berisi replika yang menjelaskan secara visual mulai dari sejarah VOC hingga munculnya kebangkitan nasional.

Setiap periode sejarah dipamerkan sesuai dengan urutan waktunya. Mulai dari datangnya VOC untuk mengambil rempah-rempah Indonesia, munculnya politik etis, dan munculnya tokoh pendidikan untuk melawan penjajah.

Di ruangan pameran pendidikan, terdapat patung-patung, salah satunya Pahlawan Nasional Indonesia R.A. Kartini yang sedang mengajar tulis dan baca kepada masyarakat.

Lanjut ke ruangan di sebelah pameran pendidikan, terdapat replika kelas para pelajar Stovia saat menempuh pendidikan. Kelas ini terlihat lengkap dengan beberapa patung siswa yang seolah berinteraksi dengan seorang guru di depan kelas.

Baca juga:

Dari replika ruang kelas, Kompas.com berlanjut ke ruang pameran yang menjelaskan mengenai Dokter Wahidin Soedirohoesodo, dokter sekaligus pemimpin redaksi sebuah media cetak pada zaman pemerintahan Hindia Belanda.

Peran Dokter Wahidin dalam keberlangsungan pendidikan dokter dan kesehatan masyarakat pada saat itu sangatlah besar.

"Dokter Wahidin itu sangat terkenal pada zamannya, karena dia melakukan penggalangan dana ke daerah-daerah untuk membiayai pendidikan calon dokter di Stovia," kata Titis.

Salah satu tokoh nasional yang juga menjadi penerima beasiswa hasil penggalangan dana Dokter Wahidin ialah Ki Hajar Dewantara, Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama.

Replika kapal VOC di Museum Kebangkitan Nasional.KOMPAS.com / Suci Wulandari Putri Replika kapal VOC di Museum Kebangkitan Nasional.

Ruangan selanjutnya adalah ruangan yang membahas sejarah terbentuknya organisasi Budi Oetomo. Ruangan tersebut bersebelahan dengan pameran organisasi yang muncul setelah organisasi Budi Oetomo terbentuk.

Selesai menjelajahi ruangan tersebut, Kompas.com beristirahat sejenak di depan ruangan pameran sembari mengamati beberapa pengunjung yang berkeliling.

Sembari beristirahat, Titis menuturkan bahwa pengunjung Museum Kebangkitan Nasional termasuk sepi pasca-pandemi Covid-19.

Baca juga:

Namun, kabar baiknya, Titis menyampaikan bahwa kalangan anak muda mulai melirik museum sebagai pilihan wisata. Alasannya karena suasana museum yang tidak terlalu ramai, serta harga tiket masuk museum yang tidak terlalu mahal jika dibanding masuk ke tempat wisata lainnya.

Menurut Kompas.com, harga tiket masuk Museum Kebangkitan Nasional, yang mulai Rp 500 hingga Rp 2.000, cukup terjangkau untuk semua kalangan.

Selain menambah ilmu seputar sejarah, pengunjung bisa berfoto dengan suasana gedung gaya Hindia Belanda di sini.

Bagaimana, apa kamu tertarik berkunjung ke Museum Kebangkitan Nasional?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com