JAKARTA, KOMPAS.com - Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) di Jakarta Barat menggelar open house instalasi "Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants" pada 20 Mei-4 Juni 2023.
Karya ini menampilkan 18 seni tenun tangan yang terbuat dari limbah pukat ikan (jaring hantu/ghost nets), yang dirangkai oleh Erub Arts, para seniman Selat Torres.
Baca juga: Museum Macan Gelar Pameran Limbah Pukat Ikan, Tiket Gratis sampai 4 Juni
Jaring-jaring tersebut membentuk beberapa hewan laut, seperti ikan, penyu, cumi-cumi, dan didominasi oleh ikan pari yang jadi sorotan.
“Ikan pari jadi salah satu sorotan di karya ini karena sebelum dikerjakan, para seniman Erub Arts menemukan banyak ikan pari yang terdampar di pantai,” kata Kurator Edukasi dan Program Publik Museum MACAN Nin Djani, saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Akhirnya, dilakukan upaya penyelamatan biota laut, seperti salah satunya terhadap pari manta.
Baca juga: Rute ke Museum MACAN Jakarta Barat, Bisa Naik Transjakarta
Keberadaan ikan pari tersebutlah, yang menginspirasi Erub Arts untuk menyoroti pameran dengan bentuk ikan pari manta.
Pameran ini menyoroti upaya konservasi laut yang diinisiasi oleh para perupa, sekaligus memperkenalkan medium 'ghost nets' (jaring hantu), yaitu jaring nelayan bekas pakai yang hanyut di perairan Selat Torres.
Nin Djani menjelaskan, meski dibuat di perairan asal para seniman Selat Torres, limbah laut diduga berasal juga dari perairan Indonesia.
“Karya ini dibuat di tempat mereka, Selat Torres, yang mana lokasinya memisahkan Pulau Papua dan negara bagian Australia, Queensland,” kata dia.
Baca juga: 5 Tips Wisata ke Museum MACAN Jakarta, Jangan Bawa Kamera
Oleh sebab itu, tak jarang sampah atau limbah laut yang digunakan sebagai karya berasal dari perairan di sekitar, termasuk wilayah Indonesia.
“Banyak (limbah) dari Indonesia yang kebawa hanyut ke sana juga,” imbuhnya.
Dengan demikian, Museum MACAN melalui karya hasil kerjasama dengan Kedutaan Besar Australia ini berupaya mengeksplorasi bersama berbagai tantangan lingkungan hidup, termasuk pengurangan limbah plastik dan konservasi laut.
“Menampilkan kawanan ikan, penyu laut, dan keluarga pari manta raksasa, koleksi karya seni ini menggabungkan budaya Penduduk Selat Torres, seni kontemporer, dan advokasi lingkungan," kata Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM.
Baca juga:
Adapun tema ini secara spesifik diangkat oleh Museum MACAN, menurut Nin Djani, karena posisi Indonesia sebagai negara maritim dengan wilayah laut yang sangat luas.
Namun, perhatian terhadap konservasi laut masih termasuk kurang dan jarang dibicarakan melalui karya seni.
“Tapi perhatian terhadap konservasi laut masih jarang dibicarakan dan belum banyak seniman yang membahas hal ini yang tereskpos secara luas,” kata dia.
Nin Djani menjelaskan, meski mungkin di luar sana banyak seniman mengangkat isu konservasi laut, namun belum semuanya mendapat sorotan.
“Jadi lewat karya pameran ini, kami ingin mengangkat topik-topik seperti itu. Kebetulan juga secara diplomatik dikerjakan di Indonesia dan Australia,” terangnya.
View this post on Instagram
Isu mengenai keberlanjutan lingkungan, menurut Nin Djani, juga merupakan komitmen dari Museum MACAN sebagai langkah awal edukasi bagi masyarakat.
Salah satunya soal edukasi bahwa karya seni bisa diciptakan dari limbah ataupun bahan lainnya yang sudah dianggap sebagai sampah.
“Mudah-mudahan menginspirasi masyarakat tentang isu-isu konservasi laut dan pendidikan seni rupa dari limbah,” jelas Nin Djani.
Tak hanya pameran pada 20 Mei-4 Juni 2023, Museum MACAN juga menggelar serangkaian lokakarya (workshop) yang digelar selama pameran berlangsung.
“Akan ada materi dimana pengunjng bisa membuat ikan pari dari jaring sendiri. Kami sudah menyiapkan video tutorial sama kertas panduan,” kata Nin Djani.
Baca juga:
Karya pari dari jaring tersebut, nantinya bisa dibawa pulang atau bisa juga ditampilkan di ruang pameran.
“Workshop berlangsung selama durasi pameran dan kalau persediaan masih ada, boleh untuk semua umur,” imbuhnya.
Sementara itu, ada juga bincang-bincang (panel discussion) beberapa seniman yang dipimpin oleh Jimmy John Thaiday bersama Lavinia Ketchell dari Erub Arts, yang membahas tentang praktik dalam upaya konservasi laut.
“Program diskusi panel hanya digelar besok (20 Mei 2023) saja,” kata Nin Djani.
Jika tertarik berkunjung, pengunjung bisa melakukan pemesanan melalui situs resmi Museum MACAN.
Tiket masuk Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants selama periode 20 Mei-4 Juni 2023 adalah gratis alias bebas dari biaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya