Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Ini 6 Tempat untuk Memperingatinya

Kompas.com - 24/05/2023, 13:50 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni. Tahun ini, Hari Lahir Pancasila diperingati pada Kamis, (1/6/2023) mendatang.

Hari Lahir Pancasila ditandai dengan pidato Soekarno dalam sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) di Gedung Volksraad (sekarang bernama Gedung Pancasila). Kala itu, Soekarno belum menjabat sebagai presiden Indonesia.

Baca juga:

Pada 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara Indonesia, yang dinamai Pancasila. Panca artinya lima, sedangkan sila artinya prinsip atau asas.

Pidato Sukarno pada sidang BPUPKIkemdikbud.go.id Pidato Sukarno pada sidang BPUPKI

Penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan Hari Libur Nasional disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tepatnya saat peringatan pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Bandung, Jawa Barat, pada Rabu (1/6/2016).

Tempat untuk memperingati Hari Lahir Pancasila 

Kelahiran Pancasila berkaitan dengan sejarah panjang. Ada berbagai tempat untuk memperingati Hari Lahir Pancasila, sebagai berikut:

1. Gedung Pancasila 

Gedung Pancasila KemluKemlu Gedung Pancasila Kemlu

Seperti dijelaskan sebelumnya, Gedung Pancasila dulunya bernama Gedung Volksraad atau Dewan Perwakilan Rakyat, seperti dilansir dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Bangunan bersejarah ini berada di Kompleks Kementerian Luar Negeri, tepatnya di Jalan Taman Pejambon Nomor 6, Jakarta Pusat.

Di gedung inilah, Bung Karno menyampaikan pidato dan gagasan Pancasila sebagai dasar negara pada 1 Juni 1945. Selain kelahiran Pancasila, ada sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi di gedung ini. 

Gedung Pancasila menjadi lokasi perhelatan Konferensi Asia-Afrika pada 1955 dan  menjadi tempat upacara peringatan Hari Lahir Pancasila ke-72, untuk pertama kalinya pada 2017.

Baca juga:

2. Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende 

Situs Rumah Pengasingan Bung Karno, Kota Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (1/6/2015).KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Situs Rumah Pengasingan Bung Karno, Kota Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (1/6/2015).

Mengenang kelahiran Pancasila, maka tidak bisa lepas dari masa pengasingan Bung Karno di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kota Pancasila ini merupakan tempat Bung Karno merumuskan Pancasila saat masa pengasingannya.

Salah satu tempat mengenang Hari Lahir Pancasila di Ende adalah rumah pengasingan Bung Karno yang berlokasi di Jalan Perwira, Kelurahan Kotaraja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende. 

Mengutip Kompas.com (01/06/2017), selama diasingkan, Bung Karno tinggal di rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru. Ia ditemani oleh istrinya Inggit Garnasih, ibu mertuanya Amsi, serta kedua anak angkatnya Ratna Juami dan Kartika. 

Pada kunjungan keduanya 16 Mei 1954, Bung Karno akhirnya meresmikan rumah tersebut sebagai Rumah Museum. Hingga kini, rumah pengasingan Bung Karno masih terawat dengan baik. 

 

Foto: Danau Kelimutu di Kabupaten Ende,  NTT. Dokumen BTN Kelimutu Foto: Danau Kelimutu di Kabupaten Ende, NTT.

3. Taman Renungan Bung Karno 

Patung Bung Karno duduk di lapangan Pancasila yang disebut juga Taman Renungan di Ende, Nusa Tenggara Timur.KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Patung Bung Karno duduk di lapangan Pancasila yang disebut juga Taman Renungan di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Selain di rumah pengasingan, Bung Karno juga merumuskan Pancasila di sebuah taman yang berlokasi di Kelurahan Rukun Lima, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende. Taman ini kemudian dinamai Taman Renungan Pancasila.

Berdasarkan informasi dari Kompas.com (31/05/2020), di taman ini terdapat patung Bung Karno. Patung tersebut menggambarkan Bung Karno sedang duduk merenung di sebuah bangku di bawah pohon sukun yang bercabang lima.

Selain patung Bung Karno, adapula pohon sukun di area taman yang disebut sebagai Pohon Pancasila. Namun, pohon sukun tersebut bukanlah pohon asli saat Bung Karno merenung. 

Sebab, pohon sukun yang asli sudah tumbang sejak 1960. Pohon sukun yang dilihat pengunjung merupakan pohon yang ditanam pada 1981.

Baca juga:

4. Danau Kelimutu

Foto: Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna di Taman Nasional Kelimutu.Dokumen TN Kelimutu Foto: Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna di Taman Nasional Kelimutu.

Pada masa pengasingan, Bung Karno juga menyempatkan diri untuk menyapa warga Ende, sekaligus mengunjungi tempat wisata ikonik di NTT, yakni Danau Kelimutu.

Mengutip Kompas.com (01/06/2021), kunjungan ke obyek wisata tersebut menghasilkan sebuah naskah drama berjudul Rahasia Kelimutu. Kabarnya, naskah ini menjadi satu dari 12 naskah drama yang ditulis oleh Bung Karno selama di Kota Ende. 

Danau Kelimutu juga dikenal sebagai Danau Tiga Warna, karena mempunyai tiga buah danau kawah dengan warna air yang berbeda-beda. Lokasinya berada di Gunung Kelimutu, tepatnya di Kecamatan Kalimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, NTT. 

5. Monumen Nasional (Monas) 

Hasil revitalisasi sisi selatan lapangan Monumen Nasional, Selasa (22/6/2021)KOMPAS.com/SINGGIH WIRYONO Hasil revitalisasi sisi selatan lapangan Monumen Nasional, Selasa (22/6/2021)

Meskipun sudah puluhan tahun berlalu, masyarakat masih bisa melihat gambaran proses kelahiran Pancasila di Monas. Melansir laman parekraf, terdapat diorama yang menceritakan proses lahirnya Pancasila di Monas.

Diorama tersebut memperlihatkan sejumlah orang penting di Tanah Air sedang duduk di meja besar. Mereka digambarkan tengah berdiskusi mengenai pengesahan Pancasila sebagai dasar negara.

6. Desa Pancasila 

Desa Pancasila di Dompu, Nusa Tenggara Barat adalah pintu gerbang pendaki Gunung Tambora.KOMPAS.COM/SRI ANINDIATI NURSASTRI Desa Pancasila di Dompu, Nusa Tenggara Barat adalah pintu gerbang pendaki Gunung Tambora.

Belum banyak yang mengatahui, bahwa ada sebuah kawasan bernama Desa Pancasila yang berada di kaki Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Meskipun tidak terkait secara langsung dengan kelahiran Pancasila, namun desa ini mencerminkan nilai luhur Pancasila.

Mengutip Kompas.com (1/6/2021), sejarah nama Desa Pancasila lantaran penduduk desa terdiri dari berbagai suku bangsa. Sama nilai luhur Pancasila, para penduduk yang tinggal di sana, hidup rukun serta menjunjung toleransi.

Pemberian nama Desa Pancasila terjadi sekitar 1980-an oleh Gubernur NTB kala itu. Keragaman suku di Desa Pancasila bermula pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto dimana terjadi program transmigrasi.

Pada program transmigrasi itu, banyak penduduk Indonesia dengan beragam latar belakang suku mendatangi Desa Pancasila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com