KOMPAS.com - Beberapa negara memiliki tradisi perayaan Hari Raya Waisak yang berbeda-beda, tidak terkecuali India. Sebagai tanah kelahiran Sang Buddha, ada sejumlah tradisi perayaan Waisak di India yang menarik untuk diketahui.
Baca juga: Lihat Lampion Waisak, Ini 8 Hotel Dekat Candi Borobudur
Baca juga: 9 Tempat Perayaan Waisak di Indonesia, Selain Candi Borobudur
Agama Buddha lahir pada abad ke-5 sebelum masehi, di wilayah India yang dipimpin oleh Sidharta Gautama, anak Raja Suddidhana dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu, India.
Umat Buddha di India menyebut Hari Raya Waisak sebagai Buddha Purnima atau Buddha Jayanti.
Hari Raya Waisak memperingati tiga peristiwa penting, yakni kelahiran Sidharta Gautama, tercapainya penerangan agung menjadi Sang Buddha, dan kematian Sidharta Gautama.
Lantas, bagaimana tradisi perayaan Waisak di India? Berikut rangkumannya seperti dihimpun Kompas.com.
Pada Hari Raya Waisak, umat Buddha mendatangi wihara atau kuil-kuil terdekat, seperti dilansir dari Hindustan Time. mereka melakukan sembahyang, menyalakan lilin dan dupa, berdoa, serta mempersembahkan manisan dan buah-buahan di depan patung Sang Buddha.
Pada kesempatan itu, umat Buddha juga mendengarkan khotbah dari biksu mengenai kehidupan dan ajaran Sang Buddha.
Melansir dari Time and Date, umat Buddha yang taat dapat menghabiskan sepanjang hari untuk sembahyang di kuil. Bahkan, mereka bisa mengunjungi lebih dari satu kuil.
Beberapa kuil memajang patung Buddha kecil yang diletakkan dalam baskom berisi air dan dihias dengan bunga. Pengunjung kuil menuangkan air ke atas patung sebagai simbol awal yang murni dan baru.
Masih dari sumber Hindustan Time, umat Buddha di India biasanya mengenakan pakaian putih pada hari Raya Waisak. Tradisi tersebut merupakan salah satu ajaran Sang Buddha.
Baca juga: Perayaan Waisak di Thailand, Ada Tradisi Menyalakan Lilin
Baca juga: Menparekraf: Waisak Tingkatkan Kunjungan Wisatawan ke Borobudur
Pada hari suci ini, umat Buddha di India juga mengkonsumsi makanan vegetarian. Namun, sebagian umat Buddha masih mengkonsumsi susu.
Melansir dari Hindustan Time, tradisi ini bermula dari legenda yang menyebutkan seorang wanita bernama Sujata mempersembahkan semangkuk bubur susu kepada Sang Buddha saat Hari Raya Waisak.
Lihat postingan ini di Instagram
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.